kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Wacana merger bank syariah jadi harapan mendorong pembangunan berkelanjutan


Jumat, 03 Juli 2020 / 23:19 WIB
Wacana merger bank syariah jadi harapan mendorong pembangunan berkelanjutan
ILUSTRASI. Suasana di salah satu bank syariah di Jakarta, Jumat (29/5). Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) mengatakan bank syariah cenderung menanggung risiko yang lebih kecil saat pandemi covid-19 bila dibandingkan dengan kondisi bank konvensional. Konsep


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana merger bank-bank syariah milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir merupakan kabar baik bagi upaya mendorong perekonomian Indonesia secara berkelanjutan.

Akademisi Univeristas Indonesia Muhammad Fadli Hanafi menilai, dengan rencana ini, maka secara matematis, merger dan akuisisi berpotensi meningkatkan nilai aset di sekitar Rp 270 triliun.

 "Dengan peningkatan aset ini, maka seharusnya sumber daya ini dapat dioptimalkan untuk memberikan input bagi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan (sustainable)," ujarnya dalam keterangannya, Jumat (3/7).

Baca Juga: BKF harap program penjaminan kredit modal kerja UMKM bisa dimulai pekan depan

Ia melanjutkan, secara operasional bank syariah juga memiliki comparative advantage sebagaimana tergambar melalui kinerjanya. Per Maret 2020, NPF bank syariah adalah 3,43% (YoY), lebih rendah dibandingkan Maret 2019 sebesar 3,44%.

Kemudian efisiensinya pun relatif meningkat, di mana pada periode Maret 2020, nilai BOPO mencapai 83,04% (YoY), lebih rendah dibandingkan Maret 2019 sebesar 87,82% (OJK, 2020).

Profitabilitasnya pun mengalami peningkatan, di mana pada Maret 2020, Return on Asset (ROA)-nya mencapai 1,86% (YoY), dibandingkan periode Maret 2019 sebesar 1,46% (OJK, 2020).

Peningkatan rasio profit mencapai rerata 27,3% sepanjang 2019 – 2010 (OJK, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah merupakan secara fundamental.

Baca Juga: Ekonom Indef nilai merger Bank Syariah BUMN harus tepat dan terencana

"Lalu di mana kita melihat potensi inklusifitas ini? Sebagaimana yang kita pahami bersama, bahwa layanan bank syari’ah adalah yang paling relevan dengan UMKM sebagai kontributor utama dalam struktur perekonomian Indonesia saat ini," terangnya.

Pada periode sebelum Covid-19 melanda, kontribusi UMKM Indonesia mencapai 60,34% terhadap total PDB (BPS, 2019), di mana pada periode 2020 ini, ditargetkan secara gradual bisa mencapai 61% terhadap total PDB (Kementerian Koperasi dan UKM, 2020).



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×