Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
Direktur Manajemen Risiko BNI Osbal Saragi masih optimistis BNI mencatat pertumbuhan laba positif hingga akhir tahun lantaran BNI terhitung aktif memanfaatkan stimulus yang diberikan pemerintah.
Misalnya dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang bisa jadi bekal untuk ekspansi BNI hingga akhir tahun sehingga dapat mempertahankan pertumbuhan laba yang positif di kisaran 2%-3%.
Baca Juga: Subsidi gaji belum masuk rekening? Ini jadwal pencairan paling lambat
“Ekspansi kami akan lebih hati-hati di semester kedua, strateginya akan mengarah terkait program PEN, atau seiring kebijakan pemerintah yang akan mengakselerasi penyerapan anggaran, sehingga segmen korporasi, menengah, dan kecil pasti akan sangat relevan,” kata Osbal kepada KONTAN.
Dari dana PEN senilai Rp 5 triliun yang ditempatkan di BNI, hingga 24 Agustus 2020 telah disalurkan menjadi kredit senilai Rp 12,03 triliun. Mayoritas dana tersebut disalurkan ke sektor usaha kecil, yakni senilai Rp 6,95 triliun atau 57,8% dari kredit yang dikucurkan dalam rangka PEN.
Sementara sepanjang semester I-2020, BNI tercatat telah mengucurkan kredit senilai Rp 576,77 triliun dengan pertumbuhan 5,0% (yoy). Penopang terbesar berasal dari segmen korporasi swasta, termasuk bisnis internasionalnya alias overseas loan sebesar 12,6% (yoy)
Khusus bisnis internasional, pertumbuhan kreditnya bahkan mencapai 17,1% (yoy). Segmen ini juga akan jadi andalan buat menambah profit hingga akhir tahun. Asal tahu, kantor cabang luar negeri BNI bahkan menyumbang Rp 907,4 miliar dengan pertumbuhan hingga 77,2% (yoy) terhadap laba konsolidasi perseroan.
Baca Juga: Bank Digital BCA baru meluncur tahun depan
Sebelumnya, Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Haru Koemahargyo agak pesimistis bisa mencatat pertumbuhan positif. Haru bilang, laba BRI di semester II-2020 ditaksir tak akan melebihi yang diperoleh pada paruh pertama 2020. Pun guna memitigasi risiko akibat pandemi, BRI juga masih akan menambah pencadangan
“Kami akan mengalokasikan sebagian pendapatan untuk jadi pencadangan sebagai bantalan risiko di tengah ketidakpastian yang masih ada," katanya dalam paparan publik pekan lalu.
Sepanjang semester I-2020, laba bank terbesar di tanah air ini tercatat merosot 36,9% (yoy) menjadi Rp 10,20 triliun. Sementara pencadangan yang dibentuk meningkat 35,24% (yoy) menjadi Rp 51,8 triliun atau setara 200,3% dari nilai kredit macet Rp 25,9 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News