Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo
Sementara itu, walau tidak merinci Direktur Keuangan PT Bank Sahabat Sampoerna (BSS) Henky Suryaputra menuturkan posisi likuiditas perseroan secara jangka pendek masih longgar. "LCR kami masih bagus, dikarenakan aset likuid kami lumayan banyak. LDR (loan to deposit ratio) sementara masih sekitar 90%, jadi masih aman," kata Henky.
Namun, dalam situasi pandemi seperti ini menurutnya kerap terjadi perebutan dana di pasar perbankan. Menurut pemantauan perseroan, beberapa bank sudah mulai menaikkan tingkat bunga deposito cukup tinggi sebanyak 100 basis poin (bps) di atas bunga deposito perseroan. Hal ini terjadi pada tingkat bunga deposito untuk jangka satu bulan.
Misalnya saja, untuk BSS sampai saat ini bunga deposito satu bulan ada di kisaran 6%-6,5%. Namun faktanya menurut Henky di lapangan ada beberapa bank yang menawarkan bunga sebesar 7,5% bahkan hingga 10% untuk deposito satu bulan. "Sejauh ini likuiditas memang tidak ada isu, tapi harus waspada karena bank-bank lain sudah menaikkan bunga (deposito)," tuturnya.
Baca Juga: Rekomendasi saham-saham pilihan saat ekonomi Indonesia makin sulit
Meski begitu, pihaknya belum punya rencana untuk menaikkan bunga dan memilih untuk memonitor situasi lebih dulu. Sebab, sejauh ini menurut pemantauannya likuiditas BSS masih terbilang cukup untuk memenuhi kebutuhan di tengah pandemi.
Tetapi, Dia tidak memungkiri kalau sekarang kondisi likuiditas di pasar sedang tidak kondusif, apa lagi untuk bank-bank yang belum menyiapkan dana sejak jauh-jauh hari. "Kita tidak mau terpancing dalam perang bunga kalau memang tidak diperlukan," sambungnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News