Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank mencatatkan pertumbuhan transaksi layanan cash management cukup besar sepanjang 2021. Pertumbuhan ini mendorong pendapatan berbasis biaya (fee based income) dan juga dana murah bank.
Salah satunya dicatatkan oleh PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Hingga Desember 2021, volume transaksi cash management bank swasta terbesar Tanah Air ini di segmen komersial dan UMKM tumbuh 29% secara year on year (yoy) hingga mencapai lebih dari Rp 7.900 triliun.
"Maraknya digitalisasi pada layanan cash management turut meningkatkan frekuensi dan volume transaksi, memperluas basis nasabah, serta mempertahankan pertumbuhan dana murah (CASA)," kata Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn pada Kontan.co.id, Senin (7/3).
Sejalan dengan hal tersebut, fee based income dari transaksi cash management segmen Commercial-SME BCA mampu tumbuh hingga 32% YoY per akhir Desember 2021.
Baca Juga: BCA Digital Siapkan Layanan Kredit Lewat Aplikasi
Bank besar lainnya juga mencatatkan hal serupa. Negara Indonesia Tbk (BBNI) membukukan pendapatan fee sebesar Rp 307 miliar dari layanan cash management system sepanjang 2021. Itu meningkat 13,7% dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp 270 miliar.
Berdasarkan materi presentasi kinerja BNI 2021, sebesar Rp 192 miliar dari fee based income cash management tahun lalu berasal dari klien perusahaan fintech dan e-commerce.
Itu artinya, pertumbuhan transaksi layanan cash management alias pengelolaan kas di BNI tahun lalu ditopang oleh pertumbuhan perusahaan fintech dan e-commerce.
Frekuensi transaksi cash management BNI tahun 2021 mencapai 494 juta dimana 54% atau sebanyak 269 juta merupakan kontribusi dari fintech dan e-commerce. Pada tahun 2020 total transaksinya mencapai 227 juta dimana 74% atau 167 juta merupakan fintech dan e-commerce.