CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

2013, bank patok pertumbuhan kredit lebih rendah


Kamis, 29 November 2012 / 07:29 WIB
2013, bank patok pertumbuhan kredit lebih rendah
ILUSTRASI. Petugas melakukan pengisian ulang uang tunai di salah satu atm BNI Di Jakarta, Rabu (11/8)../pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/11/08/2021.


Reporter: Christine Novita Nababan, Nina Dwiantika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Memasuki akhir tahun 2012, perbankan mulai menyiapkan Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun 2013. Beberapa bank mematok target pertumbuhan kredit lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan kredit bank umum sebesar 24% di tahun ini.

Perbankan menilai efek krisis ekonomi global membuat perbankan selektif menyalurkan kredit khususnya dibeberapa sektor. Direktur Utama Bank Mandiri, Zulkifli Zaini, menyampaikan, perseroan membidik pertumbuhan kredit sebesar 20%-22% pada 2013 mendatang.

Menurutnya, ke depan pertumbuhan kredit akan lambat karena faktor ekonomi global sehingga Bank Mandiri lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit. "Kami memang tumbuh konservatif atau menargetkan lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan kredit perbankan, karena ke depan sepertinya slow down," kata Zulkifli, Rabu (28/11).

Zulkifli menambahkan, sektor kredit yang akan dibidik adalah kredit-kredit produktif yang berbasis investasi dan modal kerja. Namun, pertumbuhan kredit konsumsi masih potensial karena meningkatnya pertumbuhan kelas menengah.

"Kami sudah menyampaikan RBB ke BI namun mereka belum menyetujuinya. Sesuai kebijakan BI kami akan mendorong pertumbuhan produktif," tambahnya.

Direktur Konsumer Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tony Sutirto, menuturkan perseroan juga membidik pertumbuhan kredit sebesar 20%. Bank kelas kakap ini akan menilai tahun depan sektor kredit yang masih aman dan potensial adalah sektor usaha mikro, kecil dana menengah (UMKM). Terlebih, BI mendorong perbankan untuk memperbesar porsi kredit UMKM sebesar 20% terhadap portofolio kredit.

"Untuk tahun depan pertumbuhan kredit masih bagus meskipun perekonomian global belum membaik, tapi Indonesia masih potensial," kata Tony. Perbankan menilai sektor kredit konsumer dan UMKM terbilang cemerlang di tahun 2013 mendatang. Namun, khusus untuk kredit konsumer perbankan terbentur dengan beberapa aturan BI seperti uang muka kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) dan kepemilikan kartu kredit (KK).

Bank Tabungan Negara (BTN) yang fokus pada kredit konsumer membidik pertumbuhan kredit sebesar 25%. Direktur Utama BTN, Iqbal Latanro menyampaikan, tahun depan pangsa kredit konsumer masih tinggi khususnya tingkat permintaan rumah kelas menengah dan ke bawah.

"Tahun depan kami masih optimis itu tercermin dari RBB kami yang ditargetkan di atas sebesar 25%," ucapnya. Selain itu, menurut Iqbal, jumlah potensi berpenghasilan menengah ke atas itu bertambah serta dukungan menurunnya rata-rata tingkat bunga kredit perbankan membuat debitur mengajukan permintaan kredit. "Segmentasi bisnis BTN itu konsumer jadi dampak krisis global tidak berpengaruh besar pada bisnis kredit kami," tambahnya.

Direktur Business Banking Bank Negara Indonesia (BNI), Krishna R Suprapto mengatakan, BNI akan mempertahankan pertumbuhan kredit yang terjadi di sepanjang tahun ini untuk target tahun depan. "Pertumbuhan bisnis di 2013 nanti, minimal sama dengan tahun ini.

Optimisme ini mengingat kondisi perekonomian kita masih baik," ujarnya. Informasi saja, BNI mematok meningkatkan kredit sepanjang tahun ini sebesar 23% dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) 2012. Namun, pencapaian bank pelat merah ini hingga September 2012 masih berkisar 14,8%.

Pengamat Perbankan, Tony Prasetiantono menyampaikan, perbankan akan kesulitan mencetak pertumbuhan kredit sebesar 24% seperti realisasi kredit tahun 2012 ini.

Tony melanjutkan, BI meminta perbankan lebih hati-hati menyalurkan kredit karena faktor-faktor ekonomi global. "Kalau kredit tumbuh 20% masih bisa khususnya didorong sektor kredit konsumsi," tuturnya. Sehingga perbankan jangan hanya memperbesar volume penyaluran kredit tetapi juga harus menjaga rasio kredit macet non performing loan (NPL).

Tony menambahkan, faktor likuiditas juga berpotensi membuat penyaluran kredit melambat, pasalnya perbankan mematok rencana pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 15% - 20%. Rendahnya target pertumbuhan DPK ini karena tingkat bunga simpanan perlahan mengalami penurunan sehingga nasabah memilih simpanan jenis lain seperti emas dan properti. "DPK akan cenderung flat pertumbuhannya, kalaupun naik pasti akan melambat," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×