Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan, menjelang Lebaran, nilai uang yang beredar di luar Jakarta akan lebih besar dibandingkan nilai uang beredar di ibukota.
Deputi Direktur Pengedaran Uang BI Yopie Alimudin mengungkapkan, nilai uang yang beredar di masyarakat per 14 September Rp 272,05 triliun. Angka ini naik sekitar Rp 30 triliun jika dibandingkan dengan nilai uang beredar di minggu ketiga bulan Agustus 2009 yang masih sebesar Rp 241 triliun.
"Untuk peredaran, sebanyak 38% uang berada di Jakarta dan sisanya sebesar 62% berada ada di luar Jakarta," tutur Yopie, Rabu (16/9). Penyebab naiknya nilai uang beredar, antara lain meningkatnya permintaan uang tunai dari sektor korporat. Mereka membutuhkan dana tunai untuk membayar Tunjangan hari Raya (THR) karyawan.
Masyarakat banyak juga membutuhkan uang kartal untuk berbelanja kebutuhan pokok. Banyaknya warga yang hendak pulang ke kampung halaman untuk merayakan lebaran ikut menaikkan peredaran uang.
Menurut pemantauan BI, sebanyak 38,7% uang yang beredar masih berada di sistem bank. Namun sebagian besar, yakni 61,3% sudah beredar di masyarakat untuk berbagai keperluan.
Meskipun nilai uang beredar melonjak, Yopie mengungkapkan bahwa persediaan uang kartal BI masih cukup.
Saat ini posisi kas di brankas BI masih sebesar Rp 121,9 triliun. Angka ini memang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan posisi per 23 Juli 2009 yang sebesar Rp 152,4 triliun.
Tetapi BI yakin, persediaan uang kartal di brankasnya itu masih memadai untuk memenuhi kebutuhan uang masyarakat.
BI juga tak terlalu mengkhawatirkan meningkatnya peredaran uang palsu selama masa Lebaran. Menurut pemantauan BI, tidak ada kenaikan peredaran uang palsu. "Rasionya masih sekitar 7 sampai 8 lembar uang palsu per 1 juta lembar bilyet uang asli," ujar Yopie. Rasio itu jauh lebih kecil dibandingkan rasio peredaran uang palsu tertinggi, yaitu 17 lembar setiap 1 juta lembar. Rasio tertinggi ini terjadi pada 2005.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News