Sumber: KONTAN |
JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk akan mengerem penyaluran kredit ke sektor mikro. Sebab angka kredit bermasalah di sektor ini terus merangkak naik hingga melewati ketentuan maksimal 5%.
Pada akhir 2008, rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) bruto terhadap total kredit mikro di Bank Mandiri mencapai 5,17%. "Lebih dari 5% karena tersangkut pada kredit penerusan (channeling)," ujar Budi Gunadi Sadikin, Direktur Mikro dan Ritel Bank Mandiri, kemarin (21/4).
Nilai kredit ke sektor mikro Bank Mandiri per akhir tahun lalu sebesar Rp 4,4 triliun. Artinya, nilai kredit mikro Bank Mandiri yang bermasalah senilai Rp 227,48 miliar.
Kredit mikro yang disalurkan secara langsung oleh Bank Mandiri mencapai Rp 3 triliun. Adapun sebanyak Rp 1,4 triliun disalurkan lewat bank perkreditan rakyat (BPR) atau biasa disebut channeling. Rinciannya, 70% kredit channeling masuk ke BPR besar dan 30% masuk ke BPR skala kecil.
Khusus untuk kredit yang diberikan secara langsung, rasio NPL secara bruto berada di bawah 3%. Yang mengalami lonjakan kredit macet adalah kredit channeling. "Apalagi, ditambah yang menyangkut di BPR Tripanca di Lampung," imbuh Budi.
Sayang, Budi belum mau membeberkan nilai kredit Bank Mandiri yang tersangkut di BPR Tripanca. "Saat ini kami sedang mengurus tagihan di Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS). Tunggu sampai prosesnya selesai," ujar Budi.
Sebelumnya, Bank Mandiri mengakui telah menyalurkan kredit senilai Rp 50 miliar ke Grup Tripanca. Bank Mandiri juga memberikan pinjaman ke BPR Tripanca melalui pasar uang antarbank (PUAB). "Melihat NPL kredit penerusan, kami berniat memperkecil pemberian kredit, khususnya kepada BPR besar yang banyak menyumbang NPL. Seberapa besar, kami masih membahasnya," tutur Budi.
Yang jelas, tahun ini Bank Mandiri menargetkan penyaluran kredit mikro senilai Rp 350 miliar per bulan atau setara Rp 4,2 triliun dalam satu tahun. Kredit ini diperkirakan bisa menjangkau 300.000 lebih nasabah mikro.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News