Reporter: Ferry Saputra | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyampaikan gejolak geopolitik, seperti konflik Iran-Israel, dapat memicu fluktuasi pasar modal dalam jangka pendek. Dengan demikian, hal itu bisa saja memberikan dampak terhadap unitlink, khususnya berbasis saham.
Meskipun demikian, Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu mengatakan masyarakat perlu memahami bahwa sifat investasi pada produk asuransi jiwa, termasuk unitlink, untuk jangka panjang.
"Oleh karena itu, koreksi pasar saham yang terjadi sesaat, tidak seharusnya menjadi alasan untuk panik atau mengambil keputusan yang terburu-buru," ungkapnya kepada Kontan, Sabtu (5/7).
Seiring dengan kondisi tersebut, Togar menerangkan perusahaan asuransi jiwa memegang peranan penting dalam memberikan edukasi yang komprehensif kepada pemegang polis mengenai karakteristik investasi dan strategi pengelolaan jangka panjang.
Baca Juga: Rata-rata Return Unitlink Berbasis Saham Terkontraksi pada Juni 2025
Togar meyakini bahwa melalui pendekatan yang disiplin dan strategi investasi prudent, industri asuransi jiwa tetap mampu menjaga ketahanan portofolio unitlink. Dalam jangka panjang, dia optimistis pasar saham akan kembali pulih dan memberi potensi pertumbuhan yang positif bagi unitlink, termasuk berbasis saham.
Jika menilik data Infovesta dalam satu bulan, yaitu pada Juni 2025, tercatat rata-rata imbal hasil (return) unitlink berbasis saham terkontraksi sebesar 1,90%. Rata-rata return unitlink saham yang terkontraksi pada Juni 2025 tersebut sepertinya tak terlepas dari kondisi gejolak geopolitik dan kinerja pasar modal.
Head of Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan pada Juni 2025 memang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 2%, bahkan untuk saham-saham likuid IDX30 dan LQ45 sekitar 6%.
Baca Juga: Fluktuasi Pasar Modal Tekan Kinerja Unitlink Berbasis Saham Hingga Maret 2025
"Konflik Iran-Israel memang menekan kinerja, ditambah market masih wait and see mendekati tenggat 9 Juli 2025 untuk penetapan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump," katanya kepada Kontan, Jumat (4/7).
Wawan bilang penyebab lainnya, yakni data-data ekonomi Amerika Serikat, seperti tenaga kerja dan inflasi yang belum sesuai ekspektasi pasar, membuat potensi penurunan suku bunga The Fed tertunda.
"Meskipun demikian, kinerja unitlink saham masih lebih baik dari IHSG, atau rata-rata reksadana saham. Hal itu menunjukkan pengelolaan yang baik," tuturnya.
Meski mencatatkan hasil negatif, Wawan berpendapat penurunan unitlink saham relatif kecil. Dia menyebut masih ada 6 bulan ke depan untuk tahun ini melihat kinerja unitlink saham. Harapannya, IHSG bisa kembali ke atas 7.200 dan peluang itu masih terbuka lebar. Dengan catatan, sepanjang adanya katalis positif, seperti laporan keuangan emiten per Juni 2025 keluar, suku bunga, serta kepastian atas perang dagang dan tarif tercapai.
"Apabila hal itu terpenuhi, sangat mungkin kinerja unitlink saham kembali positif," ucap Wawan.
Baca Juga: Cermati 10 Unitlink Saham yang Mencetak Return Tertinggi per Juni 2025
Selanjutnya: IHSG Diproyeksi Menguat Pekan Ini, Simak Rekomendasi Saham dari IPOT
Menarik Dibaca: Promo HokBen ShopeePay SPayLater Mulai 7 Juli 2025, Diskon 50% Berlaku Semua Menu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News