Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lini bisnis asuransi kredit masih menjadi penyumbang terbesar untuk klaim sepanjang tiga bulan pertama tahun ini di industri asuransi umum. Meskipun, tren perbaikan mulai terlihat di lini bisnis ini.
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat klaim asuransi kredit di periode kuartal I/2023 tercatat senilai Rp 2,94 triliun atau naik 53,1% secara tahunan (YoY). Angka tersebut berkontribusi sekitar 29,6% dari total klaim dibayar dari industri tersebut.
“Rasionya yang cukup menarik kita lihat adalah rasio klaim untuk asuransi kredit yang satu kuartal saja sudah mencapai 71%,” ujar Wakil Ketua AAUI bidang statistik dan riset Trinita Situmeang, Selasa (30/5).
Sebagai informasi, rasio klaim dibayar adalah perbandingan antara klaim yang dibayar dengan premi yang didapat oleh perusahaan asuransi.
Baca Juga: BRI Life Raih Laba Bersih Rp 112,23 Miliar pada Kuartal I-2023
Memang, jika menilik dari data AAUI di periode sama tahun lalu, rasio klaim dibayar untuk asuransi kredit hanya sekitar 59%. Rasio klaim dibayar di awal tahun ini justru berbeda tipis dengan periode sepanjang tahun 2022 yang sekitar 88,2%.
Meskipun demikian, Trinita optimistis ada perbaikan untuk lini bisnis asuransi kredit ini dikarenakan banyak perusahaan yang memang telah banyak melakukan perbaikan.
Jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, pertumbuhan klaim asuransi kredit di periode Januari hingga Maret 2023 ini lebih melambat. Mengingat, kuartal IV/2022 pertumbuhan klaim asuransi kredit bisa capai 65,3% YoY.
Trinita juga merinci saat ini asuransi kredit yang tercatat banyak berasal dari Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Konsumsi, dan Kredit Modal Kerja.
“Apa P2P lending sudah masuk kesini? kita belum tahu, tapi harusnya kalau dimasukkan sebagai asuransi kredit sudah masuk ke sini,” ujarnya.
Baca Juga: Laba AXA Mandiri Tumbuh 13% Menjadi Rp 1,17 Triliun pada 2022
Anggota Departemen Statistik AAUI Sri Purwaningsih menambahkan bahwa meskipun perbaikan telah dilakukan oleh beberapa perusahaan, ia bilang kecepatan perbaikan dari perusahaan itu bisa berbeda-beda sehingga datanya masih terlihat ada kenaikan.
“Data kami ini menjadi acuan bagi mereka untuk menentukan langkah ke depannya,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News