Reporter: Ferry Saputra | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menyebut, penurunan penjualan kendaraan pada awal tahun ini turut memberikan dampak terhadap lini asuransi kendaraan bermotor di industri asuransi umum.
Ketua Umum AAUI Budi Herawan mengatakan, dampak itu terlihat dari pendapatan premi lini asuransi kendaraan pada kuartal I-2025. "Pertumbuhan pendapatan premi asuransi kendaraan pada kuartal I-2025 hanya tumbuh single digit," ucapnya kepada Kontan, Selasa (20/5).
Budi menerangkan pertumbuhan pendapatan premi tersebut sudah terbantu peningkatan aktivitas menjelang Lebaran, baik untuk segmen kendaraan baru maupun kendaraan bekas.
Melihat tren penurunan penjualan kendaraan bermotor sampai April 2025, AAUI memperkirakan, pertumbuhan pendapatan premi lini asuransi kendaraan cenderung melambat pada tahun ini, jika dibandingkan pertumbuhan pada tahun sebelumnya.
Budi bilang, potensi tertekannya lini asuransi kendaraan tidak hanya berasal dari turunnya penjualan kendaraan baru. Tetapi juga adanya kompetisi pasar yang makin ketat dan selektivitas risiko yang makin tinggi dari perusahaan asuransi umum.
Baca Juga: AAUI Sebut Repricing Jadi Langkah yang Dilakukan untuk Antisipasi Inflasi Medis
Sebagai langkah antisipasi, Budi mengatakan, perusahaan asuransi umum perlu melakukan diversifikasi strategi. Termasuk meningkatkan layanan digital, menjalin kerja sama dengan platform penjualan kendaraan bekas, serta memperkuat program retensi untuk pelanggan exsisting.
"Selain itu, inovasi dalam hal produk dan kanal distribusi juga menjadi kunci untuk mempertahankan kinerja di tengah tantangan pasar," tuturnya.
Budi juga mencermati meningkatnya penetrasi kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV), tentu perlu direspons oleh industri asuransi umum. Dia bilang kendaraan listrik membuka peluang segmen pasar baru yang membutuhkan perlindungan asuransi dengan pendekatan berbeda, baik dari sisi risiko teknis maupun biaya perbaikan.
Meski demikian, Budi tak memungkiri ada tantangan yang muncul untuk menggarap segmen EV, meliputi perlunya penyesuaian tarif premi, keterbatasan data aktuaria, hingga kesiapan bengkel mitra yang mampu menangani kendaraan listrik.
"Oleh karena itu, AAUI mendorong perusahaan-perusahaan asuransi terus melakukan inovasi dan kajian risiko terhadap kendaraan listrik, termasuk menjalin kemitraan strategis dengan ekosistem EV, seperti leasing hingga bengkel resmi," kata Budi.
Sebagai informasi, data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil nasional secara wholesales (pabrik ke diler) pada kuartal I-2024 tercatat sebanyak 215.069 unit. Angka itu turun 23,9% secara Year on Year (YoY) dibandingkan penjualan wholesales mobil nasional pada periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 282.601 unit.
Jika dilihat dari kinerja industri pada 2024, data AAUI mencatat pendapatan premi perusahaan asuransi umum dari lini asuransi kendaraan mencapai Rp 20,14 triliun. Nilai itu hanya meningkat tipis 3,3%, jika dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya.
Baca Juga: AAUI Menilai Masih Ada Peluang Asuransi Umum Menyesuaikan Tarif Premi pada Tahun Ini
Selanjutnya: Medco Energi (MEDC) Dapat Perpanjangan Kontrak Migas di Blok Bualuang Thailand
Menarik Dibaca: 5 Manfaat Sunscreen SPF 50 untuk Wajah, Benarkah Lebih Bagus dari SPF 30?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News