Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 yang terjadi sepanjang tahun 2020 cukup memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBF). Tercatat, perusahaan mendapatkan rugi tahun berjalan hingga Rp 598 miliar.
Asal tahu saja, jumlah tersebut meningkat dari rugi bersih yang dicatatkan perusahaan yang memiliki kode emiten IBFN ini, pada tahun 2019 yang masih Rp 117 miliar.
Rugi bersih yang meningkat ini disebabkan karena perusahaan tidak memperoleh pendapatan di tahun lalu. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, di tahun 2020, IBF malah mencetak pengeluaran sebesar Rp 35,71 miliar. Padahal pada tahun 2019, IBF masih mencetak pendapatan sebesar Rp 186,57 miliar.
“Ini disebabkan karena pada tahun 2019, perseroan melakukan restrukturisasi atas debitur-debitur syariah yang berakibat pada pembalikan akumulasi depresiasi menjadi pendapatan kembali namun hal ini tidak terjadi pada tahun 2020,” jelas Direktur Keuangan IBF Alexander Reyza dalam public expose virtual, Senin (28/6).
Lebih lanjut dia bilang bahwa IBF juga tidak berhasil memenuhi beberapa rasio kinerja keuangan yang ditentukan dalam POJK 35 tahun 2018. Rasio-rasio tersebut antara lain gearing ratio yang hanya tercatat -3,16x, rasio MSMD yang hanya tercatat -45,39% dari yang seharusnya di atas 50%.
Selain itu, rasio permodalan IBFN juga -20,02%, dari yang seharusnya berada di atas 10%. “Pembebanan pencadangan yang tinggi pada 2020 berdampak terhadap rasio-rasio terkait permodalan,” tambah Reyza.
Baca Juga: OJK perkirakan jumlah multifinance akan turun hingga akhir 2021, ini penyebabnya
Oleh karena itu, di tahun 2021, IBFN berfokus pada perbaikan rasio-rasio keuangan khususnya yang terkait dengan permodalan agar dapat memenuhi ketentuan OJK. Sehingga perseroan tidak melakukan pembiayaan baru hingga sepanjang tahun 2021 ini mengingat ada keterbatasan pula dalam pendanaan.
“Kami sebelumnya ada rencana pembiayaan di paruh kedua tahun ini, namun melihat tingginya ketidakpastian dunia usaha di tengah pandemi Covid-19 sehingga sampai akhir tahun diputuskan tidak ada pembiayaan,” ujar Reyza.
Perusahaan juga berencana untuk melakukan aksi korporasi melalui PMHEMTD dalam upaya memperbaiki rasio permodalan. Selain itu, juga akan menarik investor strategis yang bisa membawa dana segar guna menambah modal kerja perseroan.
“Dengan berpangku pada potensi, pengalaman, dan jaringan grup kami maka kami yakin bahwa investor akan tertarik dalam waktu dekat untuk bergabung dan menunjang pengembangan usaha di IBF ke depan,” pungkas Carolina Dina Rusdiana, Direktur Utama IBF.
Selanjutnya: NPF multifinance menyentuh level 4,05%, tertinggi tahun 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News