kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.950.000   -18.000   -0,91%
  • USD/IDR 16.310   12,00   0,07%
  • IDX 7.156   38,26   0,54%
  • KOMPAS100 1.043   8,35   0,81%
  • LQ45 800   4,89   0,62%
  • ISSI 232   2,05   0,89%
  • IDX30 415   0,46   0,11%
  • IDXHIDIV20 485   0,27   0,06%
  • IDX80 117   0,78   0,67%
  • IDXV30 119   -0,05   -0,04%
  • IDXQ30 133   0,10   0,08%

Adu Cepat Pertumbuhan Bank Digital Tanah Air, Simak Beberapa Faktor Pendorongnya


Selasa, 17 Juni 2025 / 23:03 WIB
Adu Cepat Pertumbuhan Bank Digital Tanah Air, Simak Beberapa Faktor Pendorongnya
ILUSTRASI. Sejak hadir pada 2020 silam, bank digital di Indonesia telah menunjukkan perkembangan pesat. Basis nasabah dari ekosistem pun menjadi salah satu kunci yang menyebabkan bank digital bisa bertahan hingga saat ini. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/05/06/2025


Reporter: Adrianus Octaviano, Yuliana Hema | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak hadir pada 2020 silam, bank digital di Indonesia telah menunjukkan perkembangan pesat. Basis nasabah dari ekosistem pun menjadi salah satu kunci yang menyebabkan bank digital bisa bertahan hingga saat ini.

Hal tersebut tercermin pada kinerja beberapa bank digital yang terbilang pionir di Indonesia.

Sebut saja, PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang kini telah memiliki basis nasabah berjumlah 16,3 juta pada Maret 2025. Bank tersebut pun termasuk yang cukup cepat dalam mencetak laba sejak diperkenalkan pada tahun 2020.

Adapun, bank yang dimiliki oleh ekosistem Goto tersebut langsung mencetak laba pada akhir 2021 dengan mencapai Rp 86 miliar. Lebih lanjut, laba tersebut pun kian membesar hingga posisi di 2024 sudah senilai Rp 128,5 miliar. 

Per Maret 2025, bank tersebut telah mencetak laba bersih senilai Rp 60 miliar atau hampir separuh dari total laba sepanjang 2024. Di mana, pertumbuhan itu sejalan dengan kredit yang senilai Rp 20,25 triliun dan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang senilai Rp 21,4 triliun.

Baca Juga: Laba Bank Jago Melejit 178% secara Tahunan, Analis Soroti 3 Hal Ini

Perkembangan pesat pun juga dialami oleh PT Bank Seabank Indonesia yang resmi meluncur pada 2021. Kala itu, Sea Group yang berasal dari Singapura ini mengakuisisi PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) untuk merubahnya menjadi bank digital yang tergabung dalam ekosistem Shopee.

Sama halnya dengan Bank Jago, Seabank hanya membutuhkan waktu satu tahun untuk mencetak laba yaitu pada tahun 2022 dengan nilai Rp 269 miliar. Seabank kini juga telah menjadi bank digital dengan basis nasabah yang cukup besar dengan jumlah mencapai 17 juta di akhir 2024. 

Hingga Maret 2025, Seabank telah mencetak laba senilai Rp 97 miliar atau mengalami pertumbuhan sekitar 87% secara tahunan (YoY). Di mana, itu juga didukung oleh pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp 1,69 triliun dari penyaluran kredit. 

Sebagai informasi, aliran kredit Seabank mencapai Rp 24,70 triliun pada periode tersebut. Mayoritas kredit atau sebesar 80% kredit mengalir ke ekosistem Shoppe dan 20% sisanya berasal dari kerjasama dengan beberapa fintech sebagai bentuk diversifikasi. 

“Tahun lalu kita agak ngerem tuh dari ekosistem. Tapi kalau tahun 2025, permintaan kredit dari ekosistem ini meningkat cepat ya kita lihatnya ini ada satu peluang yang kalau nggak segera ambil juga lewat ya,” ujar Wakil Direktur Utama Seabank Junedy Liu, belum lama ini.

Baca Juga: Outstanding Paylater Allo Bank Mencapai Rp 7 Triliun Per April 2025

PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) menjadi bank digital lainnya yang juga menunjukkan keberhasilan dari ekosistem besar. Seperti diketahui, Allo Bank merupakan bagian dari ekosistem CT Group.

Dari sisi nasabah, Allo Bank memang masih berada di bawah Bank Jago dan Seabank, tepatnya baru sekitar 12 juta. Meski demikian, laba bersih Allo Bank jauh diatas dua bank tersebut.

“Saat ini di posisi Mei 2025 pengguna AlloBank di 12.5 juta, tumbuh 35% YoY,” ujar Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo, Selasa (17/6).

Per Maret 2025, Allo Bank berhasil mencetak laba bersih senilai Rp 112,54 miliar. Meski tampak lebih besar, laba Allo Bank tampak tumbuh lebih lambat jika dibandingkan bank digital sebelumnya karena hanya naik 2% YoY.

Meski demikian, Indra menegaskan setiap bank digital punya identitas masing-masing terkait segmen customer mana yang ingin dilayani. Di mana, Allo Bank menjadi bank digital yang berkembang karena berbasis ekosistem pasar.

“Setiap bank punya strateginya masing-masing dan hal ini akan terlihat dari fitur-fitur yang ditawarkan oleh bank,” ujar Indra.

Baca Juga: Seabank Kantongi Laba Rp 96 Miliar di Kuartal Pertama 2025

Presiden Direktur PT Delloite Konsultan Indonesia Brian Indradjaja pun mengungkapkan bahwa bank digital di Indonesia sudah terbilang cukup berkembang pesat. Terlebih, jika memang memiliki ekosistem yang cukup kuat dimanfaatkan.

Dalam hal ini, ia mencontohkan Seabank dan Bank Jago yang tergolong bank digital  kuat di Indonesia karena sokongan ekosistem mereka. Namun, ada juga beberapa bank yang memang memiliki ekosistem kuat tapi belum banyak dimanfaatkan.

“Coba kita lihat seperti Allo Bank, mereka banyak yang investasi. Cuma sekarang mereka agak mengambang begitu kan,” ujar Brian.

Selanjutnya: Penyaluran Kendaraan Bekas Multifinance Tumbuh Melambat, Ini Kata Pengamat

Menarik Dibaca: Ada Diskon Tiket Kereta 30%, 952.639 Tiket Sudah Terjual

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×