kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

AFPI: Literasi Jadi Tantangan Fintech Lending dalam Menyalurkan Pembiayaan Produktif


Kamis, 17 April 2025 / 12:51 WIB
AFPI: Literasi Jadi Tantangan Fintech Lending dalam Menyalurkan Pembiayaan Produktif
ILUSTRASI. Porsi penyaluran pembiayaan fintech peer to peer (P2P) lending ke sektor produktif makin jauh dari target


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Porsi penyaluran pembiayaan fintech peer to peer (P2P) lending ke sektor produktif makin jauh dari target yang dicanangkan dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan Industri Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) periode 2023–2028.

Dalam roadmap, target untuk porsi pembiayaan produktif mencapai 40%-50% dalam rentang waktu 2025 hingga 2026.

Jika ditelaah berdasarkan data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tercatat porsi pembiayaan fintech lending ke sektor produktif per Desember 2024 sebesar 30,19%, lalu menurun menjadi 26,55% per Januari 2025.

Mengenai hal itu, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menilai penurunan itu tak terlepas dari tantangan yang masih dihadapi fintech lending.

Baca Juga: Ini Kata Pengamat Terkait Penyaluran Fintech Lending ke Sektor Produktif Menurun

Ketua Umum AFPI Entjik Djafar mengatakan tantangan dalam menyalurkan pembiayaan produktif adalah literasi masyarakat. Khususnya, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang masih kurang memahami layanan fintech lending.

"Oleh karena itu, AFPI mendorong penyelenggara meningkatkan edukasi dan literasi kepada masyarakat, serta memperkuat risk mitigation yang lebih comply dan prudent," kata Entjik kepada Kontan, Rabu (16/4).

Sementara itu, pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda berpendapat penurunan penyaluran produktif tersebut tak terlepas dari kondisi ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja. Kondisi itu juga yang membuat lender akan berhati-hati dalam menyalurkan dananya ke sektor produktif.

"Ketika ekonomi sedang tidak baik-baik saja, risiko gagal bayar terutama dalam pembiayaan ke sektor produktif akan meningkat. Ketika usaha sedang turun permintaan, kasus gagal bayar akan meningkat. Risiko itu yang membuat lender akan berhati-hati dalam menyalurkan pendanaan," ujarnya.

Nailul beranggapan lender pasti akan penuh perhitungan dengan adanya risiko gagal bayar dari borrower di sektor produktif. Selain itu, bunga pengembalian sektor pembiayaan produktif juga terbilang lebih rendah sehingga kurang menguntungkan. Alhasil, membuat lender lebih memilih masuk ke pembiayaan konsumtif. 

"Jika kondisi ekonomi terus seperti itu, saya ragu proporsi penyaluran sektor produktif dapat mencapai 40%. Tentu sangat sulit tercapai," kata Nailul. 

Baca Juga: Porsi Penyaluran Fintech Lending ke Sektor Produktif Menurun, Ini Kata Pengamat

Selanjutnya: Harga Emas Antam Hari Ini Rp 1.975.000, Catat Cara Beli Emas Antam Logam Mulia

Menarik Dibaca: Robert Kiyosaki Minta untuk Dengarkan Emas, Perak, dan Bitcoin, Kenapa?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×