Reporter: Ferry Saputra | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank dikabarkan mulai memperkecil porsi penyaluran kredit melalui skema channeling dengan mitra perusahaan fintech peer to peer (P2P) lending. Salah satu alasannya karena potensi risiko yang besar di industri fintech lending.
Namun, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Maret 2024, pendanaan dari perbankan masih meningkat dan paling besar.
Per Maret 2024, pendanaan dari perbankan berkontribusi sebesar Rp 33,09 triliun, atau sekitar 53,21% dari total outstanding pinjaman. Angka itu meningkat dibanding periode yang sama pada 2023, yakni kontribusi pendanaan perbankan mencapai 44,57% dari total penyaluran.
Meski ada kabar perbankan memperkecil porsi penyaluran kredit, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menilai kondisi saat ini masih berjalan cukup normal.
Baca Juga: Penyaluran Pinjaman Fintech P2P Lending ke Sektor Produktif Menurun, Begini Upaya OJK
"Ke depannya, tentu para perusahaan fintech lending harus meningkatkan kualitas mitigasi risikonya agar lender-lender institusi, khususnya perbankan, menjadi makin tertarik untuk berkolaborasi," kata Director of Corporate Communication AFPI Andrisyah Tauladan kepada Kontan, Minggu (26/5).
Untuk memikat lender institusi, Andrisyah menerangkan semua sangat bergantung dari strategi masing-masing platform fintech P2P lending. Dia bilang lender institusi akan melihat juga sesuai dengan proses bisnis masing-masing fintech lending.
"Ke depannya, potensi pendanaan dari perbankan tumbuh atau menyusut masih sulit diprediksi. Oleh karena itu, kami harus melihat dahulu trennya," ujarnya.
Menurut Andrisyah, baik lender individu maupun institusi harus sama-sama dikelola dengan baik untuk mengurangi risiko konsentrasi lender yang berlebih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News