Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adaptasi credit scoring pada industri fintech peer to peer lending telah mempercepat penyaluran pinjaman. Asoasiai Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menyatakan pada tahun depan pinjaman fintech lending setidaknya mencapai angka Rp 86 triliun.
“Ternyata memang cepat sekali adaptasi dari machine learning atau credit scorng, sehingga kesiapan untuk tumbuh kembali itu sudah terlihat di Oktober 2020. Di November 2020, juga angkanya lebih dari 8,9 triliun,” ujar Direktur Eksekutif AFPI Kuseryansyah pada Senin (7/12).
Sebenarnya, pada 2020, AFPI memproyeksi pinjaman fintech lending bisa mencapai nilai Rp 86 triliun. Namun pandemi memberikan dampak pada perekonomian, sehingga asosiasi merevisi proyeksi menjadi Rp 60 triliun.
“Nah kami yakin di 2021, angka Rp 86 triliun itu adalah angka minimal yang bisa kami salurkan. Tentu saja dengan sangat membandingkan aspek manajemen risiko, perlindungan konsumen dan lain-lain. Jadi itu angka yang sangat realistis untuk dicapai pada 2021,” jelasnya.
Asosiasi semakin optimis, lantaran beberapa finetch lending ikut dilibatkan menjadi mitra perbankan dalam menyalurkan dana pada program Pemulihan Eekonomi Nasional (PEN). Kuseryansyah menyebut sudah ada enam platform yang ikut dalam program itu.
“Saya yakin kedepan akan lebih banyak yang ikut program ini karena ada yang sedang berproses dengan bank. Kami juga sduah membicarakan dengan komite PEN terkait keikutsertaan fintech lending lebih aktif dan bisa membantu akselerasi program PEN,” paparnya.
Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya berharap tahun 2021 tetap menjadi tahun yang berpotensi bagi pertumbuhan bisnis perusahaan. Beberapa faktor yang turut meningkatkan prospek tahun 2021 adalah penetrasi digital yang terus meningkat serta masyarakat yang sudah lebih paham mengenai manfaat fintech terutama di masa pandemi ini.
Baca Juga: OJK bakal mengerek modal inti fintech lending, AFPI: Biar terjadi merger
“Kebutuhan UMKM di Indonesia terhadap akses ke pendanaan masih besar dan di tahun 2021 akan ada beberapa inovasi layanan yang ditawarkan oleh Modalku untuk melayani kebutuhan para UMKM tersebut,” ujarnya kepada Kontan.co.id.
Lanjtu Ia, tantangan yang dihadapi masih berhubungan dengan edukasi terutama dengan maraknya fintech ilegal, edukasi mengenai cara memilih perusahaan P2P Lending yang tepat perlu dilakukan secara terus menerus.
“Gunakanlah layanan pinjaman online yang telah terdaftar atau terizin di OJK, karena Fintech yang minimal terdaftar memiliki standardisasi khusus, seperti mengatur bunga, pola penagihan, hingga transparansi informasi,” paparnya.
Asal tahu saja, Selain di Indonesia, Modalku juga beroperasi di Singapura dan Malaysia dengan nama Funding Societies. Sampai saat ini, Grup Modalku telah berhasil mencapai penyaluran pinjaman usaha sekitar Rp 19,3 triliun.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akumulasi penyaluran pinjaman fintech lending tumbuh 102,44% yoy di Oktober 2020 mencapai Rp 137,66 triliun. Sedangkan outstanding pinjaman mencapai Rp 13,24 triliun atau tumbuh 18,39% yoy.
Selanjutnya: Likuiditas perbankan masih tetap kuat meski DPK melambat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News