Reporter: Annisa Fadila | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) menyebutkan industri fintech tengah menghadapi beberapa tantangan. Melalui annual member survei yang dilakukan oleh Aftech pada tahun lalu, tercatat ada 3 tantangan besar bagi industri fintech. Ketiga itu adalah tantangan regulasi, perlindungan konsumen dan talent gap.
Ketua Harian Aftech Mercy Simorangkir mengatakan, berdasarkan surveinya, responden cukup puas terhadap dukungan yang telah diberikan oleh pemerintah dalam memfasilitasi investor fintech. Namun, ia menyebutkan terdapat beberapa catatan yang diharapkan bisa diperbaiki oleh industri fintech, hal itu seperti kecepatan proses pengaturan, khususnya dalam hal perizinan yang lebih cepat.
Baca Juga: Industri fintech mulai terdampak corona, begini strategi yang dilakukan Aftech
Meski begitu ia menyebutkan dari ketiganya talent gap menjadi tantangan terbesar bagi penyelenggara fintech, sebab talent gap dapat menjadi permasalahan global dalam penyelenggaraan ekonomi digital. Menurutnya, ada beberapa area yang menunjukkan tuntutan tinggi kepada penyelenggara fintech namun ketersediaannya masih terbatas.
“Jika diambil contoh, tuntutan yang tinggi untuk penyelenggara fintech tapi ketersediaannya masih terbatas seperti web development, mobile application bahkan analisis data," terangnya.
"Masing-masing penyelenggara fintech memiliki tantangan terhadap tenaga kerja yang berbeda, misal terdapat tantangan dan permintaan yang tinggi untuk skill asesor, sebab mereka dituntut untuk punya penilaian terhadap suatu projek” tambahnya dalam virtual conference, Jumat (8/5).
Mercy menambahkan, meski terdapat kesenjangan namun 73% responden fintech belum memiliki rencana untuk mempekerjakan tenaga asing. Sementara 27% lainnya berencana memilih tenaga asing, tetapi porsinya kurang dari 2,21%.
Baca Juga: Industri fintech mulai terdampak corona, ini kata Aftech
Perlu diketahui, dalam mengurangi talent gap tak sedikit dari industri fintech yang memberi pelatihan khusus kepada karyawan seperti keterampilan IT, sales hingga desain. Tak hanya itu, upaya lainnya ialah dengan mengembangkan sertifikat profesi melalui kerjasama antar industri, akademisi maupun pemerintah.
“Namun, tak sedikit juga dari penyelenggara fintech yang mengatasi talent gap dengan melakukan rekruitmen kepada lembaga keuangan dan perusahaan sejenis,” tutup Mercy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News