Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Medio tahun ini merupakan saat-saat terberat bagi perusahaan multifinance. Berdasarkan data Statistik Ekonomi dan Keuangan terbaru keluaran Bank Indonesia, laju pertumbuhan pembiayaan periode Juli-Agustus 2013 hanya naik 0,88%. Ini laju pertumbuhan terlambat sejak April 2013.
Berdasarkan data tersebut, perusahaan multifinance mengucurkan pembiayaan senilai Rp 331,26 triliun. Dibandingkan Agustus 2012, pertumbuhannya 12,66%.
Sejatinya, wajar saja pembiayaan pada Agustus lalu melemah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Idul Fitri yang jatuh di bulan Agustus sehingga masyarakat sudah memborong pembelian kendaraan bermotor atau elektronik pada bulan sebelumnya.
Per Juli lalu, perusahaan multifinance mengucurkan pembiayaan Rp 328,35 triliun, atau tumbuh hingga 13,14% year on year, dan 2,35% dibanding bulan sebelumnya.
Maraton kenaikan bunga acuan BI rate dan inflasi juga menekan performa perusahaan pembiayaan. Kenaikan BI rate sejak Mei-Agustus 2013 sebesar 1,25%, mendorong bunga pembiayaan dari multifinance ikut terkerek naik.
Industri multifinance pun merasa lega ketika rapat dewan gubernur BI pada Selasa (8/10) lalu memutuskan mempertahankan BI rate 7,25%. Agar pembiayaan tetap sesuai target, mereka berharap bunga tetap hingga akhir 2013.
"Kami menyambut baik hasil RDG dan berharap bunga tidak naik lagi hingga akhir tahun," kata Suwandi Wiratno, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI). Jika BI rate tetap, bunga pembiayaan tidak perlu naik.
Pengaruh bunga
Perusahaan pembiayaan memang menggantungkan sebagian besar sumber dananya dari perbankan. Porsi pinjaman ke bank lokal mencapai 97% dari total sumber pembiayaan domestik. Karena itulah, ketika bunga kredit bank menanjak lantaran BI rate naik, bunga pembiayaan juga ikut terseret naik.
Menurut data BI, pinjaman multifinance ke perbankan lokal per Agustus 2013 mencapai Rp 132,88 triliun. Sebagian kebutuhan dana lainnya diperoleh dari penerbitan surat utang di pasar modal dan pinjaman ke luar negeri. Suwandi bilang, pembiayaan akan stabil jika nilai tukar rupiah kembali menguat.
Djap Tet Fa, Direktur Pemasaran Federal International Finance Group (FIF) mengatakan, aksi BI membawa sentimen positif ke pasar bahwa kondisi Indonesia makin baik. Selain itu, perusahaan tidak perlu lagi menaikkan bunga.
FIF mendapatkan 35%-40% kebutuhan dananya dari perbankan. Sisanya, 20% dari obligasi dan dana kelolaan sendiri. Hingga September lalu, multifinance yang fokus pada pembiayaan sepeda motor ini sudah mengucurkan pembiayaan Rp 16 triliun, dan berniat mencapai target pembiayaan tahun ini Rp 20 triliun.
Willy S. Dharma, Direktur Utama Adira Dinamika Multifinance menilai, aksi BI tersebut sudah tepat. "Dengan kinerja keuangan makro bulan lalu yang menunjukkan inflasi menurun dan neraca perdagangan membaik, saya kira apa yang dilakukan BI sudah tepat," ujar dia. Pada awal September lalu, perusahaan ini sudah menaikkan bunga pembiayaan 0,5%-1%.
Hingga September 2013, anak usaha Bank Danamon ini mengucurkan pembiayaan Rp 24 triliun, sama seperti pencapaian tahun lalu. Hingga akhir tahun ini, Adira menargetkan mengucurkan pembiayaan Rp 33 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News