Reporter: Benediktus Krisna Yogatama, Yuliani Maimuntarsih | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Banyak yang memprediksi, pemilihan umum (pemilu) tahun depan akan membawa kelesuan bisnis. Pasar diperkirakan cenderung wait and see sampai kondisi politik berjalan stabil.
Tak terkecuali, industri multifinance juga ikut memperhitungkan potensi terjadi pelambatan tahun depan. Andalan Finance memperkirakan, tahun depan bisnis pembiayaannya tumbuh 20%-30%.
Direktur Andalan Finance, Frans Rundengan, mengakui pemilu akan berdampak pada pelambatan pembiayaan. "Masyarakat enggan mengambil risiko. Banyak kampanye juga, orang takut terjadi keramaian, sehingga tak mau ambil risiko keluar uang," ujar Frans, Selasa (19/11).
Andalan Finance telah menyiapkan beberapa strategi untuk mencapai target tahun depan. Fokus perusahaan adalah manajemen risiko. "Jadi kami hanya memilih konsumen yang potensial saja menjadi debitur untuk mengurangi risiko gagal bayar," kata Frans. Perusahaan ini juga akan mengoptimalkan pembiayaan di cabang.
Optimisme mencapai target tahun depan itu, tercermin dari kinerja perusahaan pada tahun ini. Sampai Oktober lalu, Andalan Finance mengemas pembiayaan sekitar Rp 2,7 triliun. Pencapaian ini bertumbuh 50% dari periode yang sama tahun lalu. Di akhir tahun ini, Andalan menargetkan, mengucurkan pembiayaan sebesar Rp 2,8 triliun.
Adapun portofolio pembiayaan Andalan Finance 70% berasal dari mobil bekas dan 30% dari captive market. Yang dimaksud dengan captive market adalah pasar yang sudah tercakup secara langsung, berkat kerjasama Andalan dengan Nasmoco, diler mobil Astra di kawasan Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Sementara itu, pendanaan Andalan Finance hampir 90% dari sindikasi pinjaman perbankan. Sisanya berasal dari modal dana kelolaan sendiri.
Total ada 16 bank yang menjadi sumber pendanaan Andalan Finance. Yang paling anyar, pekan depan Andalan akan menambah pendanaan sebesar Rp 380 miliar dari sindikasi perbankan oleh Bank Permata. Tahun depan, perusahaan ini bakal memperoleh sindikasi pinjaman perbankan dari Bank DKI senilai Rp 1 triliun.
Dumoli F. Pardede, Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan OJK) untuk Industri Keuangan Non-Bank, menghimbau agar industri multifinance tidak perlu khawatir. "Kondisi ini sifatnya sementara, pemilu juga hanya siklus. Jangka panjangnya masih bagus," ujar Dumoly. OJK juga akan memperluas jenis usaha multifinance.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News