Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) belum kehilangan pesonanya. Animo investor dalam lelang SRBI yang di gelar pada 17 Januari 2025, melesat tinggi di tengah tekanan yang masih dihadapi oleh rupiah.
Jika dilihat dari publikasi hasil lelang SRBI, nilai penawaran yang masuk dalam lelang SRBI mencapai Rp 63,2 triliun. Nilai incoming bids itu naik dibanding minat yang terukur dalam lelang SRBI perdana di awal tahun senilai Rp 54,4 triliun.
Para investor berbondong-bondong menyerbu SRBI tenor terpanjang 12 bulan dengan membukukan minat hingga Rp 56,03 triliun. Disusul oleh SRBI tenor 6 bulan yang diminati hingga Rp 5,63 triliun, dan SRBI 9 bulan yang mencatat incoming bids terkecil sebesar Rp 1,55 triliun.
Bukan hanya itu, para peserta lelang juga meminta yield lebih rendah ketimbang lelang sebelumnya. Untuk seri favorit SRBI-12 bulan, yield rata-rata diminta (Weighted Average Bidding Rate) turun ke kisaran 7,04%. Padahal dalam lelang perdana di awal tahun, permintaan bunga dari peserta lelang mencapai 7,29%.
Serupa untuk seri lain, permintaan bunga diskonto dari investor terlihat bergerak turun. Malahan untuk tenor 6 bulan, investor menurunkan WABR dari lelang perdana di 2025 sebesar 7,24% menjadi 6,9%.
Baca Juga: Aliran Modal Asing Hengkang Rp 9,57 Triliun di Pekan Ketiga Januari 2025
Walau demikian imbal hasilnya turun ke level terendah sejak Oktober, setelah BI memutuskan untuk memangkas bunga acuan pekan ini sebesar 25 basis poin ke level 5,75%.
Imbal hasil SRBI untuk tenor 12 bulan sebesar 6,9%. Ini sudah di bawah hasil lelang SRBI awal tahun pada 3 Januari 2025 dengan imbal hasil yang mencapai kisaran 7,26%.
Analis Pefindo Danan Dito berpendapat, lelang SRBI pada 17 Januari 2024 kemarin relatif menarik minat investor, tercermin dari tingginya penawaran yang masuk daripada yang dimenangkan.
Berdasarkan analisis Pefindo, total penawaran yang masuk mencapai Rp 63,12 triliun atau lebih dari empat kali lipat daripada yang dimenangkan yakni Rp15 triliun. Penawaran yang masuk tersebut juga lebih tinggi daripada lelang sebelumnya sebesar Rp 54,4 triliun.
Animo investor terutama tertuju pada tenor 12 bulan, sebagaimana bisa kita lihat pada tabel di bawah ini. Rata-rata tertimbang bunga yang dimenangkan adalah 6,84964% untuk tenor 3 bulan, 6,91397% untuk tenor 6 bulan dan 6,98265% untuk tenor 12 bulan.
Dito menilai, paska pemangkasan suku bunga acuan, rata-rata bunga SRBI turun, tidak lagi di 7%. Untuk tenor 12 bulan misalnya, rata-rata bunga yang dimenangkan turun dari 7,23247% di lelang sebelumnya menjadi 6,98265% di lelang 17 Januari 2024.
"Ini mengindikasikan pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia sudah tertransmisi ke lelang tersebut, mendorong bunga turun. Dengan pemangkasan tersebut, tidak mengherankan investor banyak memburu tenor 12 bulan untuk mengoptimalkan return tahunan di 2025," ungkap Dito kepada kontan.co.id, Sabtu (18/1).
Di sisi lain, jumlah kepemilikan bank di SRBI juga terlihat masih menggemuk di akhir tahun 2024. Per Desember 2024, kepemilikan bank di SRBI mendominasi sekitar 60,7% dengan nilai Rp 560,7 triliun.
Hal ini terjadi ketika rasio likuiditas bank berdasarkan DPK dibandingkan kredit yang mulai mengetat. Ini tercemin dari rasio loan to deposit ratio yang per November 2024 sebesar 87,34% atau naik 351 basis poin secara tahunan.
Dito memperkirakan, Bank masih akan suka untuk menempatkan dananya di SRBI karena aman dan menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi daripada surat utang pemerintah.
"Bahkan dengan surat utang pemerintah tenor 2 tahun, bunga di lelang terakhir untuk tenor 12 bulan tersebut lebih tinggi," katanya.
Menurutnya, imbal hasil surat utang pemerintah menawarkan imbal hasil sekitar 6.97%. Sementara itu, SRBI menawarkan imbal hasil lebih tinggi, sebesar 6,98%. Dengan bunga lebih tinggi dan sama amannya, karena keduanya adalah aset bebas risiko, tentu saja SRBI disebut akan tetap menjadi pilihan utama.
"Selama prospek pertumbuhan kredit masih lesu, menaruh dana ke SRBI memungkinkan bank menghasilkan keuntungan bunga. Meskipun memang, data terakhir menunjukkan kepemilikan bank di SRBI terpangkas. Nominalnya turun menjadi Rp 560,79 triliun di Desember dari Rp 601,69 triliun di bulan sebelumnya," jelasnya.
Baca Juga: BI Rate Turun, Rata-Rata Kupon SBN Ritel Tahun Ini Diprediksi Sekitar 6,3% - 6,7%
Selanjutnya: Kreasi Prima Land Telah Bangun 381 Unit Rumah di Pesona Prima 8
Menarik Dibaca: Film 1 Kakak 7 Ponakan Siap Sentuh Hati Penonton Bioskop
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News