kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Artajasa tangani outsourcing ATM bank menengah


Kamis, 12 Agustus 2010 / 07:02 WIB
Artajasa tangani outsourcing ATM bank menengah


Reporter: Andri Indradie | Editor: Test Test

JAKARTA. Perbankan punya cara baru untuk mengembangkan jaringan teknologi informasi (TI) yang murah dan mudah. Kini, sejumlah bank mulai menyerahkan pengembangan dan pengelolaan jaringan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) kepada PT Artajasa Pembayaran Elektronis.

Arya Damar, Direktur Utama Artajasa, mengatakan, sejak awal tahun ini Artajasa menangani outsourcing terminal ATM sejumlah bank. "Terutama bank kelas menengah. Kami menyediakan mesin ATM, menyiapkan infrastrukturnya, termasuk mengisi, dan menjaga mesin selama 24 jam," kata Arya ketika berkunjung ke KONTAN, Selasa (10/8). Beberapa bank yang menggunakan jasa outsourcing ATM ini adalah Bank Jabar Banten, Bank DKI, dan Bank Papua.

Hingga kini, lanjut Arya, jumlah mesin ATM yang masuk proyek outsourcing Artajasa berjumlah sekitar 600 - 700 ATM. Kerjasama ini memang menguntungkan bagi perbankan. Maklum, investasi untuk sebuah mesin ATM mencapai US$ 15.000 - US$ 20.000 per unit. Belum lagi biaya yang harus disiapkan untuk membayar sewa tempat, pemeliharaan, integrasi mesin, dan pengisian uang secara periodik.

Di samping bisnis outsourcing ATM, Artajasa juga menjalin bisnis ATM dengan beberapa Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Saat ini, di Indonesia ada tiga BPR yang menerbitkan kartu ATM sendiri dengan bantuan bank umum. Yaitu, BPR Karyajatnika Sadaya (BPR KS) dan BPR Semoga Jaya Artha yang bekerjasama dengan PT Bank Eksekutif Internasional Tbk. Kemudian, BPR Eka Bumi Artha yang menggandeng PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Lewat kerjasama ini, BPR bisa memberikan akses ke ATM bagi nasabahnya. Bank umum yang menjadi mitra BPR juga diuntungkan karena menerima pendapatan nonbunga (fee based income) dari biaya transaksi, mendapatkan dana murah dari penempatan dana milik BPR. "Untuk tarif ATM, dibicarakan antara BPR, bank umum, dan Artajasa," terang Wianto Himawan, Direktur Bisnis BPR KS.

Tenny Yanutriana, Komisaris BPR Surya Yudha, menambahkan, tidak masalah BPR tidak masuk dalam settlement sistem pembayaran di Bank Indonesia (BI). Kerjasama ATM dengan bank umum ini mampu memecahkan masalah tersebut.

"Kerjasama juga bisa dilakukan dengan cara co-branding. Kami tidak menerbitkan kartu ATM sendiri, tetapi menggunakan jaringan dan infrastruktur teknologi bank lain," ujarnya. Saat ini, BPR Surya Yudha sedang mengurus izin ke BI untuk co-branding dengan PT Bank Syariah Mandiri (BSM).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×