Reporter: Ferry Saputra | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah asuransi umum menyebut lini bisnis asuransi rekayasa atau engineering masih memiliki prospek yang cerah ke depannya. Salah satu perusahaan asuransi umum yang menyampaikan hal tersebut adalah PT Great Eastern General Insurance Indonesia (GEGI).
Marketing Director Great Eastern General Insurance Indonesia Linggawati Tok optimistis prospek asuransi rekayasa masih sangat cerah ke depannya, seiring makin gencarnya usaha pemerintah untuk memberikan insentif bagi penanaman modal dalam negeri maupun asing, baik untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) maupun insentif bagi industri manufaktur, seperti otomotif dan pengolahan hasil tambang.
"Dengan banyaknya proyek tambang yang mulai didorong lagi oleh pemerintah, hal itu sangat berpotensi untuk meningkatkan perolehan premi perusahaan dari sektor asuransi rekayasa," ucapnya kepada Kontan, Senin (22/9).
Lebih lanjut, Linggawati menyampaikan Great Eastern General Insurance berhasil meraih pendapatan premi asuransi rekayasa sebesar Rp 68 miliar per Agustus 2024.
Baca Juga: Spin Off, OJK Cabut Izin Pembentukan Unit Syariah Asuransi Allianz Life Indonesia
"Nilai itu meningkat 123%, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya," ungkapnya.
Linggawati menyebut pertumbuhan pendapatan premi asuransi rekayasa didukung dari sektor asuransi konstruksi (Construction All Risks dan Erection All Risks) sebesar 70% dan asuransi alat berat sebesar 20%, sedangkan 10% jenis asuransi lainnya.
Senada dengan GEGI, PT Asuransi Maximus Graha Persada Tbk (ASMI) atau Maximus Insurance meyakini prospek asuransi rekayasa atau engineering akan cerah ke depannya seiring dengan masih maraknya pembangunan di Indonesia.
"Aktivitas pembangunan yang berkelanjutan, seperti proyek IKN dan proyek infrastruktur lainnya, masih memberikan peluang yang signifikan untuk pertumbuhan asuransi rekayasa," ucap Direktur Maximus Insurance Bidang Teknik Lianny kepada Kontan, Selasa (24/9).
Seiring masih cerahnya prospek asuransi rekayasa, Lianny menerangkan kehati-hatian dalam melakukan proses analisis underwriting menjadi makin penting. Oleh karena itu, dia bilang Maximus Insurance akan terus mengadopsi strategi prudent underwriting, yakni memastikan bahwa setiap risiko dievaluasi dengan cermat.
Meskipun ada fluktuasi dalam permintaan saat ini, Lianny mempercayai bahwa dengan pendekatan yang tepat dan adaptasi terhadap kondisi pasar, asuransi rekayasa akan tetap menjadi produk yang relevan dan penting bagi sektor konstruksi di Indonesia.
"Kami juga akan terus memonitor perkembangan pasar dan berkolaborasi dengan pelaku industri untuk menawarkan perlindungan rekayasa yang fleksibel dan kompetitif, sesuai dengan dinamika pasar yang berkembang dan tetap sesuai dengan regulasi yang ada," tuturnya.
Hingga Agustus 2024, Lianny mengatakan pendapatan premi asuransi rekayasa perusahaan mengalami penurunan sekitar 80%, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Dia bilang penurunan itu mencerminkan tantangan yang dihadapi dalam industri, termasuk fluktuasi dalam jumlah proyek yang diasuransikan dan kondisi pasar yang berubah. Lianny menyebut pihaknya akan terus menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kinerja perusahaan.
Baca Juga: AAJI Catat Pendapatan Premi Asuransi Kumpulan Naik 12,2% di Semester I-2024
Sementara itu, Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) juga memproyeksikan asuransi rekayasa atau engineering masih akan tumbuh positif hingga akhir tahun ini. Direktur Eksekutif AAUI Bern Dwiyanto mengatakan hal itu salah satunya dipicu adanya pertumbuhan proyek di IKN.
"Ditambah masih adanya pembangunan infrastruktur di berbagai daerah," ucapnya kepada Kontan, Senin (23/9).
Sebagai informasi, AAUI mencatat pendapatan premi asuransi rekayasa atau engineering pada kuartal I-2024 sebesar Rp 1,14 triliun. Nilai itu meningkat signifikan 15,4% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 993 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News