kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Aturan GWM/LDR untuk pacu kredit tahun depan


Selasa, 21 September 2010 / 09:10 WIB
Aturan GWM/LDR untuk pacu kredit tahun depan


Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Bukan tanpa alasan jika Bank Indonesia (BI) baru memberlakukan kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM) berdasarkan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Maret 2011. Selain memberikan waktu bagi perbankan untuk mempersiapkan diri, BI juga memang mengarahkan kebijakan itu untuk melecut pertumbuhan kredit tahun depan.

Gubernur BI Darmin Nasution mengungkapkan, untuk pertumbuhan kredit tahun 2010 ini tidak akan kesulitan mencapai angka 24% tanpa perlu disurung dengan kebijakan khusus. "Untuk tahun ini, kami percaya kredit sudah mencapai pertumbuhannya (on the track), asalkan dipertahankan (lajunya) sampai akhir tahun, maka itu sudah cukup. Sekarang sudah 22% year on year, untuk pertumbuhan ekonomi 6%, kredit bertumbuh 22% - 24% itu sangat cukup," ujarnya dalam rapat kerja bersama pemerintah dan DPR di Jakarta, Senin malam (20/9).

Namun, untuk tahun depan, BI menilai kebijakan khusus untuk mendorong kredit sudah mendesak. Maka itu, BI merilis aturan GWM-LDR semata agar laju kredit tahun depan melesat kencang seiring kebutuhan pertumbuhan ekonomi. Terlebih, kemampuan perbankan memberikan kredit jika dilihat dari ketersediaan likuiditas dinilai amat memadai.

BI mengaku telah menghitung, meski GWM primer sudah dinaikkan, dengan ketersediaan likuiditas saat ini kredit bank bisa bertumbuh hingga mencapai 35% - 40%. Nah, untuk mendorong perbankan agar bisa mengejar pertumbuhan kredit sebesar itu, BI mengeluarkan aturan GWM-LDR.

"Mengapa perlu didorong di saat kami anggap likuiditas dalam kondisi berlebih? Jika kredit yang bertambah, kami tidak khawatir pada inflasi," tandas Darmin. Dengan kata lain, jika ekses likuiditas bisa disalurkan menjadi sesuatu yang produktif seperti kredit, maka ancamannya terhadap pembengkakan besar inflasi bisa diperkecil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×