kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.986.000   17.000   0,86%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

Bangkit Pasca Pandemi, BTPN Syariah (BTPS) Siap Luncurkan Bisnis Baru


Jumat, 25 April 2025 / 19:43 WIB
Bangkit Pasca Pandemi, BTPN Syariah (BTPS) Siap Luncurkan Bisnis Baru
ILUSTRASI. BTPN Syariah. 


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT BTPN Syariah Tbk (BTPS) berhasil memperbaiki kualitas aset sepanjang tiga bulan pertama tahun 2025. Perbaikan proses bisnis yang dilakukan oleh bank spesialis pembiayaan ultra mikro ini mampu memulihkan usaha-usaha nasabah yang sempat terdampak pandemi Covid-19.

Peningkatan kualitas aset ini turut mendorong kinerja BTPS tumbuh impresif pada kuartal pertama tahun ini. Anak usaha BTPN tersebut mencetak laba bersih sebesar Rp 311 miliar, tumbuh 18% secara tahunan atau year-on-year (YoY).

Fachmy Achmad, Direktur BTPN Syariah, mengungkapkan bahwa dua tahun terakhir merupakan periode yang menantang bagi perseroan akibat dampak pandemi. Selama periode tersebut, perseroan lebih memprioritaskan perbaikan kualitas aset dibanding ekspansi.

Hasilnya cukup menggembirakan. Beban provisi yang ditanggung bank semakin menurun, yang turut mendorong kenaikan laba bersih, meskipun pendapatan distribusi bagi hasil mengalami penurunan.

"Hasil kuartal I-2025 merupakan kinerja kuartalan terbaik BTPN Syariah dalam tujuh kuartal terakhir. Ini membuktikan bahwa model bisnis yang kami jalankan berjalan dengan baik," ujar Fachmy saat ditemui KONTAN, Jumat (25/4).

Baca Juga: BTPN Syariah Bagikan Dividen Rp 265,78 Miliar Atau Rp 34,5 Per Saham Dari Laba 2024

Sepanjang kuartal I tahun ini, BTPS mencatatkan beban provisi sebesar Rp 215 miliar, turun 43,8% secara tahunan, seiring dengan perbaikan kualitas aset tersebut.

Rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) gross BTPS pada kuartal I 2025 berada di level 3,6%, menurun dari 4% pada kuartal sebelumnya, meski masih lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 3%.

Untuk memitigasi risiko pembiayaan, BTPS telah membentuk pencadangan hampir 100% terhadap NPF, sehingga rasio NPF net terjaga rendah di level 0,03%.

Lebih lanjut, Fachmy menjelaskan bahwa perbaikan kualitas aset terlihat dari indikator x-days atau tingkat keterlambatan kewajiban dalam 30 hari, yang menunjukkan tren penurunan selama tujuh kuartal berturut-turut hingga mencapai 0,71%.

Ia menambahkan, restrukturisasi pembiayaan BTPS pada tiga bulan pertama tahun ini cukup rendah, hanya Rp 67 miliar, turun drastis dari Rp 545 miliar pada periode yang sama tahun lalu. “Ini artinya kualitas aset BTPN Syariah benar-benar membaik. Nasabah yang terdampak pandemi kini sudah lancar menjalankan kewajibannya,” imbuhnya.

Fachmy menjelaskan bahwa perbaikan kualitas pembiayaan dicapai dengan mendorong kedisiplinan dan kekompakan nasabah, serta melalui program pendampingan yang berhasil mendorong pertumbuhan kinerja sejak awal tahun.

Baca Juga: Pendampingan Menjadi Kunci BTPN Syariah (BTPS) Menjaga Nasabah dan Kinerja

Sementara itu, ekspansi pembiayaan dilakukan secara sangat selektif. Pembiayaan baru difokuskan pada nasabah lama yang usahanya masih berjalan baik. Adapun nasabah baru yang dibiayai adalah mereka yang telah menjalankan usaha minimal dua tahun.

"Jadi, dalam pencairan kami sangat selektif memilih nasabah, terutama di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Pembiayaan untuk nasabah baru lebih banyak kami lakukan di luar Pulau Jawa, seperti Gorontalo, Bengkulu, dan Palu yang menjadi wilayah ekspansi baru kami," tutur Fachmy.

Dengan strategi selektif tersebut, pembiayaan BTPN Syariah per Maret 2025 masih mengalami kontraksi 6% secara tahunan menjadi Rp 10,3 triliun, namun sudah tumbuh 1% secara kuartalan. Kontraksi pembiayaan ini berdampak pada pendapatan setelah distribusi bagi hasil yang turun 5,7% YoY menjadi Rp 1,17 triliun.

Pendanaan juga disesuaikan dengan pembiayaan. Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp 11,6 triliun, mengalami kontraksi sekitar 1% secara tahunan.

Siap Luncurkan Bisnis Baru

Pandemi Covid-19 memberikan pelajaran penting bagi BTPN Syariah bahwa fokus pada satu segmen bisnis menyimpan risiko besar.

Selama ini, BTPN Syariah hanya menggarap segmen ultra mikro dengan memberdayakan perempuan yang belum tersentuh layanan keuangan formal (unbankable). Program pemberdayaan ini dilakukan oleh petugas lapangan atau Community Officer (CO). Segmen ini sangat terpukul saat pandemi terjadi.

Oleh karena itu, BTPS memutuskan untuk mulai melakukan diversifikasi bisnis dengan mengembangkan produk baru yang menyasar segmen mikro bawah (low micro). Produk ini rencananya akan diluncurkan pada akhir tahun di Aceh.

“Karena DNA kami ada di ultra mikro, menjalankan bisnis low micro akan sulit jika dilakukan sendiri. Untuk itu, strategi kami adalah berkolaborasi dengan bank induk,” ujar Fachmy.

Baca Juga: Dividen BTPN Rp 52,84 per saham, Cum Date pada Rabu Depan

Rencana pengembangan bisnis ini muncul setelah BTPN Syariah melakukan studi banding ke India untuk mempelajari perkembangan bisnis pembiayaan ultra mikro di sana.

Fachmy menyebutkan, terdapat sekitar 150 pelaku bisnis ultra mikro di India, namun hanya sedikit yang benar-benar berhasil. Mayoritas mengalami kesulitan ketika kondisi ekonomi memburuk.

Sementara itu, pelaku yang sukses tetap bisa tumbuh karena memiliki model bisnis yang kuat. “Belajar dari kesuksesan di negara lain, kami percaya bahwa model bisnis adalah kunci untuk pertumbuhan yang berkelanjutan,” pungkasnya.

Selain meluncurkan produk baru, strategi bisnis BTPN Syariah tahun ini juga akan melanjutkan penguatan proses bisnis guna memperbaiki kualitas aset serta memperkuat kapabilitas organisasi.

Hingga akhir tahun, bank ini memproyeksikan pembiayaan akan tumbuh lebih baik, sejalan dengan perbaikan kualitas aset yang telah dicapai pada triwulan pertama.

Selanjutnya: Penghuni Indeks IDX30 dan IDX80 Berganti, Begini Rekomendasi Sahamnya

Menarik Dibaca: PCP Tower SCBD Terima Sertifikasi ISO, Perkuat Posisi Gedung Bertanggungjawab

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×