kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank akan makin rajin simpan dana di SBN, ini pemicunya


Minggu, 19 April 2020 / 18:57 WIB
Bank akan makin rajin simpan dana di SBN, ini pemicunya
ILUSTRASI. Nasabah menggunakan Mesin Tunjangan Mandiri (ATM) di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (31/12).Berdasarkan rilis Bank Indonesia posisi uang berdedar dalam arti luas pada November 2018 tercatat Rp 5.670,0 triliun atau tumbuh 6,6 persen secara


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tak cuma bakal membantu likuiditas, aksi Bank Indonesia meningkatkan rasio minimum penyangga likuiditas makroprudensial (PLM) juga diprediksi bakal sedikit membantu pendapatan perbankan.

Pekan lalu, Bank Indonesia kembali mengeluarkan sejumlah stimulus, salah satunya meningkatkan rasio PLM bank umum konvensional dari 4% menjadi 6%, dan bank umum syariah dari 4% menjadi 4,5%. Ketentuan ini akan mulai berlaku Mei 2020.

Baca Juga: Ada capital inflow, BI yakin rupiah di level Rp 15.000 per dolar AS pada akhir 2020

Maklum, di tengah pandemi Covid-19, risiko penyaluran kredit memang masih tinggi. Sementara menempatkan dana di surat berharga negara (SBN) bisa jadi alternatif. Sejak awal tahun penempatan dana perbankan pada SBN juga telah melonjak.

Akhir 2019 lalu, Kementerian Keuangan mencatat total perbankan menempatkan dana Rp 581,37 triliun atau setara 21,12% dari total SBN beredar senilai Rp 2.752,74 triliun. Sementara pada 16 April 2020 nilai penempatannya mencapai Rp 790,21 triliun atau setara 27,53% dari total SBN senilai Rp 2.870.30 triliun.

“Peningkatan rasio PLM akan bikin pengelolaan cadangan likuiditas kami menjadi lebih baik,” kata Direktur Tresury, International Banking, and Special Asset Management PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Darmawan Junaidi kepada KONTAN.

Baca Juga: Likuiditas bank tambah Rp 117,8 triliun berkat penurunan GWM dan respons kebijakan BI

Darmawan juga memastikan bakal segera memenuhi ketentuan bank sentral tersebut. Sebab rasio penempatan dana bank berlogo pita emas ini pada surat berharga, tak terbatas pada SBN sejatinya juga sudah tinggi.

Per Februari 2020, perseroan menempatkan Rp 147,23 triliun asetnya pada surat berharga, ini setara 18,48% dari total dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp 796,60 triliun. Rasio tersebut juga telah meningkat dibandingkan Desember 2019 senilai Rp 140,80 triliun atau setara 17,27% dari DPK senilai Rp 815,10 triliun.

hal senada juga disampaikan oleh Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication PT Bank Sentral Asia Tbk (BBCA). Ia bilang sejak tahun lalu, penempatan dana perseroan di surat berharga memang sudah tumbuh tinggi.

“Sepanjang 2019, BCA mencatat dana yang ditempatkan pada surat berharga mencapai Rp 153,7 triliun dengan pertumbuhan 26% (yoy) dibandingkan periode yang sama sebelumnya seniai Rp 121,9 triliun,” katanya kepada KONTAN.

Menurut Hera, peningkatan rasio PLM memang dapat membantu perseroan mengelola likuiditas perseroan. Apalagi, di tengah Pandemi Covid-19 saat ini.

Baca Juga: BI: Rupiah bisa berada di Rp 15.000 per dolar AS pada akhir tahun

Sementara Direktur Keuangan dan Operasional PT Bank BNI Syariah Wahyu Avianto bilang juga dapat sedikit mengerek pendapatan perseroan. Apalagi, peningkatan rasio PLM minimum juga diikuti pelonggaran giro wajib minimum (GWM) sebesar 200 bps untuk bank umum, dan 50 bps untuk bank syariah.

“Apabila sukuk yang mesti dibeli adaah spesifik terkait pandemi Covid-19, maka pendapatan kupon dari sukuk tersebut juga bisa dijaga. Dana untuk membeli sukuk tersebut juga berasal tambahan likudiitas hasil pelonggaran GWM 0,5%, sebab selama ini dana tersebut ditempatkan tanpa imbal hasil,” jelas Wahyu.

Adapun per Maret 2020, Wahyu mengaku rasio PLM BNI syariah telah mencapai 18,46% senilai Rp 6,2 triliun. Ini telah melampaui batas minimum yang ditentukan Bank Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×