Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi global mengalami perubahan yang signifikan dalam satu hingga dua bulan terakhir. Hal itu terutama terkait peningkatan risiko geopolitik, tingginya imbal hasil obligasi di Amerika Serikat dan perlambatan ekonomi di China. Dampak terhadap ekonomi domestik salah satunya volatilitas nilai tukar rupiah.
Terkait kondisi tersebut, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI telah mengambil langkah-langkah strategis menjaga kinerja tetap solid. Program transformasi secara disiplin serta strategi pertumbuhan yang selektif dan terukur yang diambil, telah mampu menuntun bank berkode saham BBNI ini memberikan pendapatan yang optimal bagi para shareholder serta menjalankan fungsi intermediasi dengan baik.
Hal itu tercermin dari perolehan laba bersih BNI yang hingga September 2023 tumbuh sebesar 15,1% secara tahunan alias year on year (yoy), mencapai Rp 15,8 triliun. Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar mengatakan, pencapaian laba yang baik ini didukung kinerja kredit yang mengalami akselerasi di kuartal ketiga. Akselerasi kredit ini membuat BNI mampu mencatatkan pertumbuhan kredit sampai dengan September 2023 sebesar 7,8% yoy menjadi Rp 671,4 triliun.
"Sebagai dampak akselerasi kredit di segmen berisiko rendah, kualitas aset terus membaik yang terlihat dari penurunan rasio non performing loan (NPL) dan rasio loan at risk (LaR)," ujar Royke, Selasa (31/10). Rasio NPL per September berada di level 2,3% membaik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 3%. Sementara LAR di level 14,4%, membaik dibandingkan dengan posisi 19,3% pada September tahun 2022.
Kualitas aset yang terus membaik membuat perseroan dapat mengurangi pembentukan beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Hal ini membuat biaya kredit membaik dari 2% pada September 2022 menjadi 1,4% pada September tahun ini.
Royke mengungkapkan, di tengah naiknya risiko ekonomi global, BNI mengambil langkah prudent dengan membangun likuiditas yang kuat. Hingga September 2023, dana pihak ketiga (DPK) tercatat tumbuh 9,1% yoy mencapai Rp 747,6 triliun.
Adapun tren kenaikan suku bunga acuan yang mempengaruhi biaya bunga dana alias cosf of fund (CoF) memang tengah mengalami tren peningkatan dan fenomena ini terjadi merata di industri perbankan. "Namun di tengah kondisi tersebut, kami bersyukur biaya dana kami saat ini di kisaran 2%, secara struktural masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi di atas 3%," kata Royke.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Bank Besar yang Cetak Kinerja Moncer di Kuartal III-2023
Rasio kecukupan permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) terus meningkat dari 18,9% tahun lalu menjadi 21,9% per September 2023, jauh di atas persyaratan modal minimum sebesar 13,8%. "Kami berkomitmen untuk terus mendorong tren pertumbuhan yang baik ini, sehingga dapat memberikan kontribusi optimal dalam menjaga momentum pertumbuhan kredit dan ekonomi," ungkap Royke.
Sementara Wakil Direktur Utama BNI, Adi Sulistyowati memaparkan, kinerja digital banking tumbuh positif didukung oleh inovasi digital untuk menjawab kebutuhan nasabah yang semakin beragam. Perseroan ini tidak hanya menghadirkan solusi keuangan yang inovatif bagi nasabah, tetapi juga terus memperkuat kapasitas dan kapabilitas layanan digital.
Hal ini terlihat dari jumlah pengguna BNI Mobile Banking hingga September 2023 yang meningkat 20,9% yoy dari sebelumnya 12,9 juta user menjadi 15,6 juta user. Diikuti peningkatan jumlah transaksi sebesar 75,3% yoy mencapai 738 juta transaksi, dan nilai transaksi yang tumbuh 53,6% yoy menjadi Rp 874 triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News