kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.774   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Bank BUKU IV kuasai separuh aset, kredit, dan DPK industri perbankan


Kamis, 28 Februari 2019 / 21:51 WIB
Bank BUKU IV kuasai separuh aset, kredit, dan DPK industri perbankan


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank besar yang masuk kedalam bank umum kelompok usaha (BUKU) IV masih mendominasi industri perbankan di tanah air. Bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun ini mampu mengambil separuh market share perbankan. Tengok saja data Otoritas Jasa Keuangan Per Desember 2018 mencatat asset industri perbankan yang terdiri dari 115 bank sebesar Rp 8.068,34 triliun.

Sedangkan total aset konsolidasi lima bank BUKU IV terdiri dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank CIMB Niaga Persero Tbk berjumlah sekitar Rp 4.399,26 triliun pada 2018.

Artinya bank BUKU IV mengambil pangsa pasar aset Indusrti bank sebanyak 54,52% dari total aset perbankan. Adapun bank dengan asset paling besar adalah BRI sebesar Rp 1.296,9 triliun, tumbuh 15,2% dari Rp 1.126,2 triliun di 2017. Aset ini didukung oleh pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga.

Adapun realisasi kredit BRI hingga kuartal IV-2018 sebesar Rp 843,6 triliun atau naik 14,1% yoy dari Rp 739,3 triliun. Direktur Utama BRI Suprajarto menyatakan sepanjang 2018, portofolio penyaluran kredit BRI terhadap segmen UMKM tercatat sebesar Rp 645,7 triliun atau setara 76,5% dari total penyaluran kredit BRI. Angka ini lebih tinggi dibandingkan proporsi kredit UMKM BRI di akhir tahun 2017 sebesar 75,6%.

Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) BRI secara konsolidasi tumbuh sebesar 12,2% yoy menjadi Rp 944,26 triliun dari sebelumnya Rp 841,7 triliun. Adapun DPK BRI ditopang oleh rasio dana murah yang terdiri dari tabungan dan giro atau CASA. Adapun rasio CASA dari DPK BRI naik dari 59,04% menjadi 60,14% di 2018.

Aset bank terbesar kedua dipegang oleh PT Bank Mandiri Tbk yang mampu membukukan aset sebesar Rp 1.202,3 triliun di 2018. Naik 6,9% dibandingkan 2017 senilai Rp 1.124,7 triliun.

Kinerja ini ditopang oleh penyaluran kredit Rp 820,1 triliun, tumbuh 12,4% dibandingkan tahun 2017 yang sebesar Rp 729,5 triliun. Direktur Utama Mandiri Kartika Wirjoatmodjo dari capaian tersebut disalurkan ke sektor produktif sebesar Rp 558,7 triliun atau 77,71% dari portofolio.

Pada 2018, perseroan berhasil menghimpun DPK senilai Rp 840,9 triliun, tumbuh 3,1% dibandingkan 2017 dengan dana terhimpun sebanyak Rp 815,8 triliun. Sedangkan pertumbuhan pada 2017 sendiri mencapai 6,99% dibandingkan tahun sebelumnya senilai Rp 762,5 triliun.

Peringkat aset ketiga berada pada pundak BCA yang mencatatkan aset secara konsolidasi sebesar Rp 823,78 triliun, tumbuh 9,9% dari Rp 750,32 triliun di 2018. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyebut portofolio kredit meningkat 15,1% yoy menjadi Rp 538,1 triliun dari Rp 467,50 triliun.

Kredit didukung oleh tingginya kebutuhan kredit usaha. Kredit korporasi tumbuh 20,4% yoy menjadi Rp 213,3 triliun pada akhir tahun 2018. Kredit komersial dan UKM meningkat 13,4% yoy menjadi Rp183 8 triliun.

Adapun total DPK tercatat sebesar Rp629,81 triliun atau tumbuh 8,4% dari Rp581,11 triliun. Jahja menyebut pertumbuhan DPK ditopang oleh dana murah. Tecermin . Pada akhir tahun 2018, CASA berkontribusi 76,7% terhadap total DPK dengan nilai sebesar Rp 483,0 triliun.

Tangga ke empat diduduki oleh PT Bank Negara Indonesia yang mampu mencatatkan pertumbuhan aset sebesar Rp 808,57 triliun, tumbuh 14,0% yoy dari Rp 709,33 triliun. Lantaran kredit tumbuh 16,2% yoy dari Rp441,31 triliun menjadi Rp 512,77 triliun.

Segmen korporasi paling besar menyumbang penyaluran kredit perseroan. Untuk korporasi swasta, BNI tercatat memberi kredit senilai Rp 151,71 triliun, tumbuh 12,9% secara year on year (yoy). Sedangkan untuk korporasi plat merah penyaluran kreditnya mencapai Rp 110,99 triliun alias tumbuh 1,6%.

BNI berhasil menghimpun DPK sebesar Rp 578,78 triliun sepanjang tahun 2018. Sedangkan pada tahun 2017, mereka mencatatkan DPK sebesar Rp 516,10 triliun.

Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama mengatakan, penghimpunan DPK BNI tersebut diiringi dengan menurunnya cost of fund dari 3,0% pada Desember 2017 menjadi 2,8% pada Desember 2018. Penurunan cost of fund ini tercapai karena BNI berhasil menumbuhkan rasio dana murah (CASA) dari 63,1% di akhir Desember 2017 menjadi 64,8% pada Desember 2018.

Posisi aset terakhir diduduki oleh PT CIMB Niaga Tbk mencatatkan aset secara konsolidasi sebesar Rp 266,78%. Nilai ini naik tipis 0,18% dibandingkan 2017 senilai Rp 266,3 triliun. Tak heran kredit CIMB Niaga juga tumbuh mini.

Presiden Direktur CIMB Niaga Tigor M. Siahaan mengatakan kredit yang disalurkan tumbuh 1,8% yoy menjadi Rp 188,5 triliun. Kredit ditopang oleh kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang memberikan kontribusi sebesar 11,2% menjadi Rp30,0 triliun, kredit Usaha Kecil, dan Menengah (UKM) sebesar 8,5% menjadi Rp29,6 triliun dan kartu kredit sebesar 5,5% menjadi Rp8,6 triliun.

Sedangkan total DPK tercatat sebesar Rp190,72 triliun, tumbuh 0,75% dari Rp 189,3 triliun. Adapun rasio dana murah atau CASA sebesar 52,61% dari total DPK.

Tak hanya dari segi aset, dilihat dari kredit dan DPK Bank BUKU IV juga mendominasi pangsa pasar industri bank. Bila dijumlahkan kelima kredit Bank BUKU IV ini sekitar Rp 2.903,3 triliun. Nilai ini setara dengan 54,18% dari total penyaluran kredit industri sebesar Rp 5.358,01 triliun.

Begitupun dengan DPK bank yang masuk kedalam BUKU IV ini bila dijumlah sekitar Rp 3.184,5 triliun. Setara dengan 56,55% dari DPK perbankan secara indusrti sebesar Rp 5.630,44 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×