Reporter: Dea Chadiza Syafina, Nina Dwiantika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Perbankan pelat merah tengah sibuk menghitung ongkos jumbo yang bakal dikucurkan sepanjang tahun 2015. Bank BUMN mulai menghitung ongkos ekspansi ke luar negeri setelah mendapat sinyal hijau dari otoritas tentang azas kesetaraan atawa resiprokal yang ditandai dengan kata sepakat dengan Bank Negara Malaysia (BNM).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis, negara ASEAN lain bakal segera meneken kesepakatan tentang resiprokal. Head of Internasional Bank BNI, Abdullah Firman Wibowo menyatakan, tahun ini, negara-negara yang sudah masuk radar BNI yakni, Myanmar, Malaysia, Singapura dan Korea Selatan (Korsel).
"Rencananya buka lima kantor cabang luar negeri (KCLN) sekaligus tahun ini. Modal tergantung negara tujuan," ujar Firman kepada KONTAN, Selasa (6/1). Sebagai gambaran, modal minimum yang disetor untuk pembukaan cabang di Malaysia sebesar MYR 300 juta. Kemudian, modal minimum di Korsel sekitar US$ 10 juta - US$ 20 juta. Sedangkan kebutuhan modal membuka cabang di Singapura mencapai US$ 50 juta.
"Kami ingin lisensi full branch meski modalnya besar," jelas Firman. BNI masih memproses sumber pendanaan. Yang pasti, BNI pernah merilis obligasi global senilai US$ 500 juta pada tahun 2012 untuk mendanai ekspansi luar negeri.
Achmad Baequni, Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengatakan, pihaknya mempertimbangkan rencana untuk ekspansi ke Malaysia. Tahap awal, BRI akan memperkuat modal untuk mendukung ekspansi ke luar negeri. "Kami akan minta pengurangan rasio dividen dari laba tahun 2014," ujar Baequni.
Royke Tumilaar, Managing Director Treasury, Financial Institution and Special Asset Management Bank Mandiri menyatakan, pihaknya tengah mengkaji persyaratan ekspansi di luar negeri, terkait permodalan, operasional, dan potensi bisnis. "Modal kami pasti siap, namun kami masih konfirmasi lagi berapa modal yang harus disetor," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News