Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas valas bank di Indonesia terus mengalami tekanan. Hal ini disebabkan karena efek kenaikan bunga The Fed.
Seperti diketahui, pada tahun ini The Fed telah menaikkan bunga acuan sebanyak dua kali. Pertama pada 22 Maret 2018 sebesar 25 basis poin (bps) dan kedua pada 14 Juni 2018 lalu sebesar 25 bps. Saat ini bunga The Fed berada di level 2%.
Berdasarkan riset Sinarmas Sekuritas yang diterbitkan 28 Juni 2018, Kepala Riset Sinarmas Sekuritas Evan Lie Hadiwidjaja mengungkapkan, sampai April 2018, cadangan valas Indonesia turun menjadi US$ 124,9 miliar dari bulan sebelumnya US$ 126 mliar.
Penurunan cadangan valas ini karena upaya BI untuk mengintervensi rupiah. Selain itu, likuditas valas juga tertekan. Hal ini ditunjukkan dengan rasio kredit dibanding simpanan (LDR) valas April 2018 97,3% atau naik 864 bps secara tahunan atau year on year (yoy).
Sumber kontan.co.id menyebut, likuditas valas yang mengetat ini disebakan salah satunya karena kebutuhan valas bank BUMN cukup tinggi.
"Bank BUMN menguasai 90% kebutuhan valas bank di Indonesia," kata sumber ini.
Tingginya kebutuhan valas bank BUMN ini disebabkan karena kebutuhan proyek infrastruktur.
Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA mengatakan saat ini bank tidak terlalu banyak terpapar risiko valas.
"Dana valas kami tidak terlalu banyak karena kami berkaca pada krisis 1998 lalu," kata Jahja dalam halal bihalal dengan wartawan, Rabu (11/7).
Jika bank mengalami kelebihan dana valas, bank akan menempatkan dana di instrumen moneter BI. Sebagai gambaran, likuiditas valas BCA saat ini masih terjaga di angka 65%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News