Reporter: Roy Franedya, Nurul Kolbi | Editor: Edy Can
JAKARTA. Di tengah demonstrasi penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), Jumat sore (30/3) lalu, manajemen Bank Danamon meminta penghentian perdagangan (suspensi) saham Danamon hingga 2 April 2012. "Penghentian mengantisipasi spekulasi di pasar modal," ujar Head Of Public Affair Danamon Zsa Zsa Yusharyahya kepada Kontan.
Menurut keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Danamon telah mendapatkan informasi minat investor untuk membeli saham di Asia Financial Pte. Ltd, yang dikendalikan Temasek Holdings.
Sumber Reuters membisikkan, DBS Group, yang 29% sahamnya juga dimiliki Temasek, bakal membeli saham-saham di Asia Financial. Nilai transaksi diperkirakan sekitar $ 3,2 miliar atau Rp 23,36 triliun (kurs Rp 7.300 per dollar Singapura). Fullerton Financial Holdings, unit Temasek yang mengendalikan Asia Financial, sudah mengonfirmasi menerima tawaran pembelian seluruh saham.
Asia Financial memiliki 6,45 miliar saham atau 67,37% saham Danamon. Ia membeli dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) pada 2003 silam seharga US$ 321 juta atau sekitar Rp 3,08 triliun. Danamon yang Jumat (30/3) tutup di harga Rp 4.600. Dengan kepemilikan 6,45 miliar saham, artinya total nilai saham Asia Financial di Danamon Rp 29,7 triliun.
Total aset Danamon per Desember 2011 mencapai Rp 127 triliun atau peringkat enam, di bawah CIMB Niaga dan laba bersih sebesar Rp 3,34 triliun.
Membenarkan perkembangan ini, manajemen bank ini tidak bersedia mengungkap identitas calon pemilik baru. Dalam keterbukaan informasi ke BEI kemarin (30/3), manajemen bilang menerima informasi pelepasan saham Asia Financial 29 Maret 2012. "Kami belum mengetahui waktu pelaksanaan transaksi tersebut," kata Henry Ho, Direktur Utama Danamon dalam siaran pers.
Transaksi ini tak mengejutkan. Rumor Temasek akan menggabungkan DBS dan Danamon sudah berhembus sejak akhir Januari 2011. Namun, tak kunjung menjadi kenyataan. Maklum, internal BUMN Singapura tak satu suara. Sebagian pihak ingin menggabungkannya agar makin efisien karena sama-sama beroperasi di Indonesia dan milik Temasek. Sebagian tak menginginkan konsolidasi karena Danamon masih menguntungkan.
Sebelum muncul nama DBS, pelepasan saham Danamon juga dikaitkan dengan tawaran Bank of China, Standard Chartered dan beberapa institusi keuangan, seperti Jardine Matheson. Namun, manajemen DBS berkali-kali membantahnya. Mereka mengatakan, skenario yang menyebutkan DBS akan mengakuisisi atau menggabungkan diri dengan bank lain hanya spekulatif.
Tapi, DBS dan Temasek sendiri relatif dekat. Mengutip Financial Times, Peter Seah, Chairman DBS adalah dewan penasihat Temasek. Sementara anggota dewan DBS Kwa Chong Seng adalah Deputi Chairman Temasek
Jika DBS menjadi pemilik mayoritas Danamon, mereka akan terkena aturan Bank Indonesia (BI) mengenai single presence policy. DBS harus meleburkan Danamon dengan DBS Indonesia.
DBS memiliki 99% saham DBS Indonesia. "Setelah RUPS, mereka melaporkan hasilnya ke BI. Lalu kami gelar fit and proper test pemegang saham pengendali baru," kata Difi A Johansyah, Jubir BI, Jumat (30/3). Karena transaksi belum tuntas, Difi enggan berkomentar jauh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News