kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank DKI minta suntikan modal Rp 550 M


Kamis, 31 Oktober 2013 / 09:25 WIB
Bank DKI minta suntikan modal Rp 550 M
ILUSTRASI. Nanas, salah satu buah yang bisa meningkatkan asam urat.


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: A.Herry Prasetyo

JAKARTA. Bank DKI terus memperluas jangkauan bisnisnya. Dalam dua pekan ke depan, bank milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini akan meresmikan dua kantor cabang di wilayah Sumatera.

Pada Jumat (1/11) nanti, Bank DKI akan meresmikan kantor cabang baru di Pekanbaru, Riau. Setelah itu, manajemen meresmikan satu kantor cabang lagi di Palembang, Sumatera Selatan.

Untuk membuka cabang baru di Pekanbaru dan Palembang, manajemen mengaku tak banyak mengeluarkan biaya. Sebab, Bank DKI hanya menyewa bangunan kantor. Yang pasti, ekspansi ini berkat suntikan modal pemegang saham. “Penambahan modal sebesar Rp 500 miliar dilakukan pada 2012 dan Rp 450 miliar pada Mei tahun ini,” ujar Eko Budiwiyono, Direktur Utama Bank DKI.

Sejatinya, pada tahun ini Bank DKI mengharapkan penyertaan modal pemerintah (PMP) sebesar Rp 1,35 triliun. Dengan penyertaan yang sudah terealisasi Rp 450 miliar, Bank DKI masih kekurangan modal Rp 900 miliar.

Ketika manajemen meminta kekurangan itu, Pemprov DKI hanya menyetujui penyertaan sebesar Rp 350 miliar. “Saya kira alasan pemprov menyetujui jumlah itu karena memperhitungkan kecukupan anggaran. Apalagi pemprov sedang mengerjakan berbagai program pembangunan,” kata Sekretaris Perusahaan Bank DKI, Zulfarshah.

Soal kekurangan modal sebesar Rp 550 miliar, menurut Eko, Bank DKI akan mengajukan kembali pada tahun depan. Selain untuk ekspansi cabang, Bank DKI perlu menambah modal demi menjaga rasio modal (CAR) di kisaran 15%. Per akhir September tahun ini, Bank DKI mencatatkan CAR 13,91%.

Bank DKI belum bisa memastikan apakah segera melakukan penawaran umum saham perdana (IPO). Menurut Eko, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, ingin memperkuat modal Bank DKI melalui PMP. Sebab, jika telanjur go public, biaya PMP oleh Pemprov DKI menjadi lebih mahal. “Yang jelas, kami menunggu situasi pasar dan politik kondusif. Saya tak bisa memastikan sesudah pemilu atau tidak. Mungkin amannya pada 2015,” ujar Eko.

Hingga akhir September 2013, Bank DKI berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 34% year on year menjadi Rp 17,85 triliun (lihat tabel). Manajemen optimistis hingga akhir tahun ini bisa menggelontorkan kredit menjadi Rp Rp 21,4 triliun.

Direktur Operasional Bank DKI, Martono Soeprapto, menegaskan Bank DKI akan mendukung pemprov, termasuk membayar dividen yang terus meningkat setiap tahun. Pada 2008 silam, dividen yang diterima pemegang saham senilai Rp 50 miliar. Dividen ini kembali naik menjadi Rp 54 miliar pada 2009, kemudian Rp 61 miliar di 2010, Rp 100 miliar pada 2011, Rp 110 miliar di 2012 dan tahun ini diproyeksi sekitar Rp 180 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×