kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank dorong digitalisasi demi menekan rasio BOPO


Senin, 16 Desember 2019 / 20:25 WIB
Bank dorong digitalisasi demi menekan rasio BOPO
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi di Bank Jatim Thamrin City Jakarta, Jumat (20/7). Sejumlah bank berupaya lebih efisien setelah pada kuartal III 2019 rasio BOPO tercatat mengalami kenaikan./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/20/07/2018.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank terus berupaya untuk lebih efisien setelah pada kuartal III 2019 rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) tercatat mengalami kenaikan. Berbagai strategi yang telah dilakukan dan diharapkan bisa menekan BOPO sampai akhir tahun sehingga perolehan laba bisa terjaga.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) misalnya telah melakukan business process reengineering (BPR) atau Rekayasa ulang proses bisnis melalui digitalisasi proses bisnis. Perseroan menggunakan aplikasi BRISpot dalam melakukan pemrosesan bisnis dan mengembangkan agen BRILink dalam melakukan ekspansi jaringan.

Baca Juga: Rasio permodalan bank di Indonesia paling tinggi se-Asia Tenggara bahkan dunia

Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI menyakini dengan langkah tersebut maka proses bisnis perseroan dapat semakin efisien dan produktifitas pekerja juga semakin meningkat. "Dengan begitu BOPO sampai akhir tahun 2019 diharapkan akan dijaga sekitar 70%," katanya pada Kontan.co.id, Senin (16/12).

Sampai kuartal III 2019, BRI menurut Haru masih tergolong efisien. Pasalnya rasio BOPO perseroan masih 70,5% atau berada di bawah BOPO industri sebesar 80,55. Itu juga turun dari periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 70,6%.

BRI masih akan terus berupaya menekan rasio BOPOnya tahun depan. Efisiensi bisnis dan produktifitas pekerja BRI diharapkan akan semakin membaik menjadi sekitar 68% - 69% di 2020.

Untuk menekan rasio BOPO, haru bilang, BRI akan konsisten melakukan digitalisasi proses bisnis serta mengembangkan jaringan kerja diantaranya melalui optimalisasi agen BRILink di samping fokus menjaga kualitas asset.

Baca Juga: Utang luar negeri Indonesia meningkat pada Oktober, ini penyebabnya

PT Bank Woori Saudara Tbk (SDRA) dan PT Bank Pembangunan Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) juga akan mengoptimalkan digitalisasi proses bisnis sebagai upaya menekan rasio BOPO ke depan.

Per September 2019, rasio BOPO Bank Woori naik menjadi 71,8% dari 70,9% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Perwakilan manajemen sekaligus Tim Analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova mengatakan, hal itu terjadi karena adanya kenaikan signifikan biaya pencadangan kredit bermasalah.

Sampai akhir tahun, Bank Woori memperkirakan rasio BOPO akan ada di kisaran 73% atau masih meningkat dari kuartal III sejalan dengan pencadangan yang juga masih besar.

Baca Juga: Gagal bayar Rp 12,4 triliun di 2019, ini strategi Jiwasraya lunasi kewajiban

Tahun depan, bank ini akan berupaya menjaga BOPO setidaknya stabil dengan tahun ini dengan cara meningkatkan efisiensi melalui proses bisnis dan pemasaran dengan optimasi dan digital.

Sedangkan Bank Jatim memperkirakan rasio BOPO sampai akhir tahun ada di kisaran 68,5% dan pada tahun 2020 ditargetkan akan dijaga di level 68,8%.

"Cara menekan BOPO dengan mengurangi biaya untuk cabang dan cabang pembantu baru, serta lebih fokus pada pengembangan TI," kata Ferdian Satyagraha, Direktur Keuangan Bank Jatim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×