kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bank harus menambah dana cadangan


Jumat, 27 September 2013 / 09:28 WIB
Bank harus menambah dana cadangan
ILUSTRASI. GoMart hadir dengan membawa 3 promo diskon yang berlaku selama bulan Mei 2022 ini, (dok/Gojek)


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: A.Herry Prasetyo

JAKARTA. Mulai awal bulan depan hingga akhir tahun, perbankan mesti siap-siap menambah cadangan minimum. Mulai 1 Oktober, Bank Indonesia (BI) akan menaikkan giro wajib minimum (GWM) sekunder alias secondary reserve secara bertahap. Alhasil, penyaluran kredit bakal berkurang.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi Ahmad Johansyah, mengatakan, bank sentral akan menerbitkan revisi Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang GWM. Menurut rencana, beleid baru itu bakal terbit pekan depan.

Dalam beleid itu, BI akan menaikkan GWM sekunder rupiah sebesar 1,5% secara bertahap. Saat ini, GWM sekunder berada di level 2,5% dari dana pihak ketiga (DPK). Mulai 1 Oktober 2013, GWM sekunder naik menjadi 3%. GWM sekunder naik lagi menjadi 3,5% mulai 1 November 2013. Nah, mulai 2 Desember 2013, GWM sekunder bakal naik lagi menjadi 4%.

GWM sekunder adalah cadangan minimum yang wajib dipelihara oleh bank berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Negara (SBN), dan excess reserve. Mulai Oktober mendatang, Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) akan diperhitungkan sebagai komponen GWM sekunder.

Menurut Difi, kenaikan GWM sekunder lantaran BI melihat risiko pertumbuhan kredit yang tinggi. Akibatnya, perlu upaya menyesuaikan kredit agar sejalan dengan fundamental ekonomi.

BI perlu menaikkan GWM sekunder untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan kredit. "Dalam kondisi seperti ini, kondisi likuiditas perbankan harus kuat untuk mendukung stabilitas moneter dan sektor keuangan," kata Difi.

Analis DBS Vickers, Lim Sue Lin dan Chininta Satar menghitung  kebijakan kenaikan GWM sekunder dari 2,5% menjadi 4% akan menyedot ekses likuiditas perbankan hingga Rp 40 triliun.

Besarnya dana yang diserap ini lantaran sebagian besar perbankan memiliki GWM di bawah 4% (Harian KONTAN, 21 Agustus 2013).

Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri, menilai  BI telah memberi sinyal yang jelas dengan menaikkan GWM sekunder bahwa perbankan perlu segera memprioritaskan stabilitas dan kualitas di atas pertumbuhan.

Direktur Utama Bank BNI Gatot M Suwondo menilai kenaikan GWM sekunder merupakan kebijakan yang baik bagi perbankan dalam rangka menjaga likuiditas. 

Namun, bisa jadi, ada bankir yang tak suka dengan kebijakan ini. Maklum, kenaikan GWM sekunder akan menambah dana menganggur.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×