Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank terus mendongkrak pertumbuhan fee based income (FBI) untuk menjaga perolehan laba bersih. Tak hanya bank besar saja, bank menengah atau bank umum kelompok usaha (BUKU) III pun semakin lihai dalam memupuk pendapatan berbasis komisi.
Ambil contoh, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) yang berambisi untuk mencetak FBI hingga Rp 1 triliun di akhir tahun 2019. Target tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan proyeksi awal tahun perseroan sebesar Rp 850 miliar.
Baca Juga: Seolah tak ada habisnya, Satgas Waspada Investasi jaring lagi ratusan fintech ilegal
Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi menjelaskan pada kuartal III 2019 lalu pihaknya sudah berhasil mencetak FBI sebesar Rp 685 miliar. Namun, pencapaian tersebut masih belum tumbuh terlalu tinggi secara tahunan atau baru naik 1,8% secara year on year (yoy).
Meski begitu, bank bersandi saham BJBR (anggota indeks Kompas100) ini menyebut secara kuartalan perolehan FBI cukup tinggi. Menurut catatannya, pada kuartal III 2019 pihaknya sudah berhasil mencatatkan FBI sebesar Rp 249 miliar dan merupakan pencapaian terbesar sepanjang tahun 2019.
"Target kami akhir tahun Rp 850 miliar, diharapkan bisa di atas itu," terangnya saat ditemui di Jakarta, Rabu (30/10). Lebih lanjut, bank daerah terbesar ini menjelaskan pihaknya akan mendongkrak FBI lewat pemanfaatan teknologi dan layanan digital perbankan serta bisnis tresuri.
Strategi peningkatan FBI juga merupakan upaya perseroan untuk mengangkat pertumbuhan laba bersih di akhir tahun. Sebab, per September 2019 total laba bersih Bank BJB tercatat turun 15,5% secara yoy menjadi Rp 1,13 triliun atau susut Rp 208 miliar dalam setahun.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya biaya pencadangan perseroan dalam rangka pemenuhan aturan PSAK 71 di awal 2020 mendatang. Dus, di akhir 2019 diharapkan laba bersih dapat mencapai Rp 1,6 triliun hingga Rp 1,7 triliun atau tumbuh 7%-8% yoy.
Baca Juga: CIMB Niaga catat laba bersih Rp 2,67 triliun di kuartal III 2019
Di sisi lain, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) justru berhasil mencatatkan pertumbuhan FBI sebesar 15,8% secara yoy menjadi Rp 425 miliar.
Pencapaian tersebut menurut Direktur Keuangan Bank Jatim sudah jauh melampaui target perseroan di tahun 2019.
"Pertumbuhan FBI ditopang oleh pertumbuhan DPK dan kredit, hal ini berdampak pula terhadap pertumbuhan FBI yang didominasi dari pendapatan administrasi DPK dan kredit," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (31/10).
Melihat realisasi FBI sudah menembus target, Ferdian menyebut perseroan memprediksi pertumbuhan sebesar 12% di akhir tahun 2019. Salah satu upaya untuk menjaga pertumbuhan tersebut tak lain dengan meningkatkan penyaluran kredit dan DPK khususnya giro dan tabungan. "Sambil meningkatkan transaksi e-channel dan kerjasama dengan fintech," sambungnya.
Sebagai catatan saja, per September 2019 laba bersih Bank Jatim tercatat sebesar Rp 1,14 triliun atau naik 7,61% yoy. Tahun ini, ditargetkan laba tersebut akan naik di kisaran 7,5%-8% dibanding periode tahun sebelumnya.
Sementara itu, PT Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah) juga optimis masih dapat menjaga pertumbuhan FBI sampai akhir tahun dengan tinggi. Asal tahu saja, pada kuartal III 2019 lalu anak usaha PT Bank Mandiri Tbk tersebut mencatatkan total FBI sebesar Rp 962 miliar.
Realisasi tersebut mengalami peningkatan sebesar 21,45% dari periode setahun sebelumnya yang mencapai Rp 792 miliar. Dari jumlah tersebut, FBI dari mobile banking tumbuh paling signifikan sebesar 100,34% dari Rp 13,73 miliar per September 2018 menjadi Rp 27,5 miliar per September 2019.
Baca Juga: BI: Bauran kebijakan moneter bantu dorong investasi langsung
Direktur Manajemen Risiko dan Kepatuhan Mandiri Syariah Putu Rahwidhiyasa mengatakan hal tersebut tidak terlepas dari fitur digital dan kemudahan transaksi perseroan. Terbukti, sampai dengan September 2019, user Mandiri Syariah Mobile mencapai 973 ribu user dengan jumlah transaksi sebanyak 2,29 juta transaksi.
Pertumbuhan transaksi tertinggi berasal dari transaksi infaq dan sedekah yang mencapai 289,3% dari 50,721 transaksi per September 2018 menjadi 197,452 transaksi per September 2019.
"Sampai akhir tahun kami akan meneruskan strategi yang sekarang. Kami juga selalu lakukan pengkajian pelaksanaan strategi setiap tiga bulan," singkatnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News