kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bank lamban menyalurkan KPR bersubsidi


Senin, 24 September 2012 / 10:45 WIB
Bank lamban menyalurkan KPR bersubsidi
ILUSTRASI. Ada hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih dan membeli AC. KONTAN/Baihaki/8/1/2020


Reporter: Nina Dwiantika |

JAKARTA. Bank-bank pelaksana Fasilitas Pembiayaan Perumahan (FLPP) malas menunaikan komitmennya. Menurut data Kementerian Perumahan Rakyat (Kempera), dari target membiayai 133.000 rumah murah hingga akhir 2012, bank baru merealisasikan 26.000 unit rumah per September 2012. Jadi, realisasi FLPP baru 19,5%.

Deputi Bidang Pembiayaan Kempera, Sri Hartoyo, menjelaskan, dari 20 bank penyalur FLPP, hanya Bank Tabungan Negara (BTN) yang komitmennya tinggi. "Dari 26.000 unit itu 99% dibiayai BTN," katanya, usai acara pembukaan BTN Expo, Sabtu (22/9).

Menurut Sri, kemalasan bank ini disebabkan beberapa hal. Antara lain, kredit rumah murah tidak menarik karena bunganya tetap (fixed rate) sebesar 7,25% selama angsuran alias hingga 20 tahun. Kedua, minimnya outlet bank yang melayani program ini. "Padahal kami mengajak bank pelaksana lainnya agar ada kompetisi membiayai rumah ini," kata Sri. Pemerintah juga sudah menambah alokasi dana di FLPP dan memperpanjang masa angsuran.

Kempera janji akan mendesak bank pelaksana FLPP untuk menunjukkan komitmennya. Selain itu, lebih aktif mensosialisasikan program ke nasabah dan memonitor kesulitan bank memberikan kredit. "Kami akan evaluasi. Bank Mandiri misalnya mulai semangat lagi, mungkin setelah dievaluasi oleh bosnya," kata Sri.

Sri menyangkal bank pelaksana malas menggelontorkan FLPP karena kesulitan menjaga likuiditas selama 20 tahun. Pasalnya, bank dapat mencari dana-dana jangka panjang seperti penerbitan surat utang. Selain itu, porsi dana pemerintah lebih tinggi dari bank yakni 70%, sedangkan sisanya ditanggung bank.

Direktur Konsumer dan Ritel BNI, Darmadi Sutanto, menuturkan, rendahnya penyaluran FLPP karena pengembang (developer) yang menyediakan tipe rumah di bawah 70 meter persegi sangat terbatas. Sedangkan, pengembang baru akan membangun rumah jika sudah ada akad FLPP. "Nah, kami tidak bisa mendanai karena developer hanya mau membangun rumah kelas menengah," kata Darmadi.

Direktur Utama BPD Kalimantan Selatan, Juni Rifat, menuturkan perseroannya perlu menyesuaikan aturan baru Kempera seperti tenor yang diperpanjang dari 15 tahun menjadi 20 tahun, serta penyesuaian tingkat bunga kredit agar beban bunga bank tak tinggi. "Kami tetap mempromosikan itu namun kami juga menawarkan produk KPR komersial," ucap Juni.

Direkrut Utama BTN, Iqbal Latanro, mengatakan, pihaknya terus menjaga komitmen membiayai pasar rumah menengah ke bawah. Tahun ini, bank yang berfokus di properti ini menargetkan pembiayaan FLPP bagi 50.000 unit atau 37% dari target pemerintah. Tahun lalu, BTN menggulirkan FLPP Rp 3,51 triliun untuk 104.659 unit rumah dari target 176.556 unit.

Sebagai gambaran, sejak Mei 2012 ada 20 bank yang menandatangani komitmen FLPP. Antara lain, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), BRI Syariah, BTN Syariah serta 14 Bank Pembangunan Daerah (BPD). n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×