Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bank Mandiri sedang membentuk perusahaan patungan atau joint venture (JV) di bidang acquiring aggregator dengan perusahaan asal Korea Selatan. Kelak, perusahaan patungan tersebut akan mengelola open platform bagi electronic data capture (EDC) bank milik pemerintah ini.
Bank Mandiri menargetkan pada kuartal I 2016 perusahaan tersebut sudah terbentuk. Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pengelolaan EDC oleh perusahaan patungan ini kelak akan lebih optimal dan efisien, dibandingkan kondisi saat ini yang masih memakai jasa perusahaan outsourcing untuk pengelolaannya.
Menurut Tiko, sapaan akrab Kartika, tidak tertutup kemungkinan open platform EDC Bank Mandiri juga digunakan oleh bank BUMN dan bank umum kelompok usaha (BUKU) II yang belum memiliki sistem pembayaran sendiri.
“Kami mengarahkan EDC yang dikelola perusahaan patungan ini menjadi open platform sehingga bisa ditawarkan kepada bank lain,” ujar Tiko, Senin, (16/11).
Terkait rencana Kementerian BUMN yang akan melakukan integrasi EDC Himbara pada awal tahun 2016, Bank Mandiri menyatakan sudah menyediakan ruang bagi bank pemerintah lain agar bisa bergabung dengan sistemnya.
Tiko tidak menyebut investasi khusus untuk membentuk perusahaan patungan itu. Namun sebagai gambaran, pembentukan perusahaan ini masuk dalam anggaran belanja modal informasi teknologi (IT) Bank Mandiri tahun 2015, yang senilai total US$ 100 juta.
Anggaran belanja modal tersebut lebih rendah dari anggaran tahun 2014 yang berjumlah US$ 180 juta. Soal potensi penambahan fee based atau pendapatan jasa dari perusahaan patungan ini, Tiko enggan menyebutkan. Dia hanya mengatakan, kelak pasti akan ada tambahan fee based.
Ia menambahkan, alasan menggandeng perusahaan Korea Selatan, karena Negeri Gingsen tersebut sudah menerapkan national payment gateway yang dikelola oleh perusahaan lokal.
Perusahaan acquiring aggregator di Korea juga dikelola oleh bank-bank nasionalnya sendiri. “Disana tidak ada Visa, tidak ada Master, jadi semua switching, interbank. EDC dan internal elektronic paymet gateway dikelola oleh perusahaan lokal,” imbuh Tiko.
Seiring langkah efisiensi dalam sistem pembayaran tersebut, diharapkan ke depan belanja modal Bank Mandiri juga menjadi lebih rendah. Sebab, Bank Mandiri kelak tidak akan banyak mengeluarkan uang bagi biaya operasional EDC.
Selain itu Bank Mandiri juga mempunyai keuntungan bisa mendapatkan komisi dari pemakaian sistem ini oleh bank lain. Sebagai informasi, Bank Mandiri menargetkan mempunyai satu juta mesin EDC sampai lima tahun kedepan. Saat ini, Bank Mandiri tercatat memiliki sebanyak 220.000 unit mesin EDC yang tersebar diseluruh Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News