kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Bank Mandiri Masih Jadikan Sektor Perkebunan Sawit Pendorong Pertumbuhan Kredit


Minggu, 22 Januari 2023 / 15:01 WIB
Bank Mandiri Masih Jadikan Sektor Perkebunan Sawit Pendorong Pertumbuhan Kredit
ILUSTRASI. Bank Mandiri Bukukan Pertumbuhan Kredit ke Sektor CPO 3,4% yoy per November 2022. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/aww.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melihat kredit ke sektor CPO masih prospektif dan berpeluang untuk tumbuh di 2023. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha memperkirakan produksi CPO pada tahun ini akan meningkat sebesar 2-3 juta Ton dibandingkan 2022. 

"Permintaan juga meningkat terutama dari Tiongkok, selain permintaan yang kuat dari India akan menjadi sumber pendorong peningkatan permintaan. Harga CPO tahun 2023 kami perkirakan masih relatif tinggi yaitu sekitar US$ 800-US$ 900 per ton (FOB Malaysia)," ujarnya Kepada KONTAN belum lama ini. 

Lanjut ia, harga CPO tahun 2023 memang sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2022 namun harga masih di atas level sangat menguntungkan (profitable). Dengan demikian, Bank Mandiri memperkirakan penyaluran kredit ke industri ini akan tumbuh positif mengikuti prospek usaha yang relatif baik. 

"Bank Mandiri melihat di sektor Perkebunan kelapa sawit & CPO sampai dengan November 2022 masih tumbuh positif sebesar 3,4% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (YoY). Sementara itu kualitas kredit di sektor ini terjaga optimal tercermin dari posisi NPL berada di bawah 1% dengan tren yang terus membaik," kelasny. 

Baca Juga: Henry Koenaifi Ditunjuk Jadi Direktur Baru Bank Ina

Dalam menjaga pertumbuhan, Bank Mandiri telah mengembangkan expertise yang memadai di sektor ini salah satunya ditandai dengan kualitas kredit yang terus terjaga dengan baik. Outlook untuk harga dan sektor perkebunan sawit dan CPO juga masih tergolong prospektif di tahun 2023. 

"Oleh karena itu, Bank Mandiri masih menjadikan sektor perkebunan sawit & CPO sebagai salah satu fokus pertumbuhan kredit di tahun 2023 dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian," tuturnya. 

Adapun, dalam mendukung pertumbuhan kredit ke sektor ini, Bank Mandiri telah mempertajam penerapan bisnis berbasis ramah lingkungan antara lain melalui adopsi ketentuan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) maupun Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) sebagai persyaratan mutlak calon debitur. 

Ia menyatakan RSPO sendiri adalah organisasi Internasional yang dibentuk berdasarkan inisiatif dari multi stakeholder untuk memastikan kepatuhan terhadap prinsip dan kriteria tertentu yang diadopsi dari MDGs dalam melakukan proses produksi dan menggunakan minyak kelapa sawit secara berkelanjutan. 

"Hal Ini dilakukan guna mendukung gerakan Pemerintah Indonesia dan regulator dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan keberlanjutan industri," tambahnya. 

Adapun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan porsi penyaluran kredit terkait CPO sebesar 5,96% dari total portofolio pembiayaan bank umum hingga September 2022. Secara nominal, penyaluran kredit untuk CPO ini mencapai Rp 374,1 triliun di sembilan bulan pertama 2022. 

Baca Juga: Pegawai IT Bank BTN Sudah Sekitar 400 Orang, Masih Akan Ditambah

“Dalam tiga tahun terakhir, nominal kredit CPO yang disalurkan oleh industri perbankan terus menunjukkan peningkatan meskipun secara pertumbuhan cenderung berfluktuasi. Adapun kredit komoditas CPO mencatatkan pertumbuhan tertinggi yakni 12,72% YoY per September 2022,” mengutip Laporan Profil Industri Perbankan OJK kuartal IV pada Selasa. 

Peningkatan kredit CPO ini sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dana bagi pelaku usaha. Seiring mulai kembali pulihnya bisnis dan kenaikan biaya produksi akibat melambungnya harga pupuk non-subsidi karena adanya pembatasan ekspor bahan baku yang dilakukan Rusia dan Tiongkok. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×