kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Mandiri Prediksi Pertumbuhan Kredit 2023 Akan Lebih Rendah Daripada Tahun Ini


Kamis, 15 September 2022 / 12:50 WIB
Bank Mandiri Prediksi Pertumbuhan Kredit 2023 Akan Lebih Rendah Daripada Tahun Ini
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi keuangan di kantor cabang Bnak Mandiri Jakarta, Selasa (28/12). Sampai Juli saja, Bank Mandiri sudah mencatatkan laju ekspansi kredit 11,4% secara tahunan.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) optimistis ekspansi kredit tahun ini akan tumbuh kuat sehingga bank ini mengerek target dari semula tumbuh 8% menjadi 11%. Sampai Juli saja, bank BUMN ini sudah mencatatkan laju ekspansi kredit 11,4% secara year on year (YoY).

Sementara untuk tahun depan, bank pelat merah ini memproyeksikan ekspansi kredit tidak akan bisa setinggi yang akan ditorehkan tahun ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari eksternal maupun dari dalam negeri. Direktur Manajemen Risiko, Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, tahun depan akan menjadi tahun normalisasi sehingga pertumbuhan kredit tidak akan bisa setinggi tahun ini.

"Kemungkinan besar menurut hemat kami, pertumbuhan kredit industri perbankan akan sedikit lebih rendah dari tahun 2022. Tahun ini, kami memperkirakan kredit industri akan tumbuh 9,9%," kata Siddik dalam paparan publik online, Kamis (15/9).

Baca Juga: Bank Besar Optimistis Target Kredit Tercapai, Proyeksi Biaya Kredit Diturunkan

Faktor pertama yang akan membuat tahun depan sebagai tahun normalisasi karena Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kemungkinan besar tidak akan melanjutkan kebijakan relaksasi restrukturisasi Covid-19. Kebijakan itu sejauh ini hanya akan berlaku hingga Maret 2023. 

Dengan begitu, lanjut Siddik, akan terjadi normalisasi di perbankan. Bank harus menyesuaikan kolektabilitas terhadap kredit yang direstrukturisasi. Sementara dalam relaksasi aturan restrukturisasi Covid-19, kredit terdampak Covid-17 tetap dimasukkan ke dalam kategori lancar sehingga bank tidak harus melakukan pencadangan. 

Selain itu, terdapat saat ini tantangan makro ekonomi yang akan berlanjut ke tahun depan, diantaranya keputusan kebijakan makro ekonomi bank sentral Amerika Serikat (AS) dan bank sentral Eropa yang kemudian direspon oleh Bank Indonesia (BI) dengan kenaikan suku bunga. 

Siddok mengatakan, perbankan ke depan harus mewaspadai perkembangan rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) dan kecukupan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) pada kredit-kredit restrukturisasi Covid-19. 

Baca Juga: Jumlah Transaksi QRIS Bank Mandiri Terus Mengalami Kenaikan

"Kalau Bank Mandiri saat ini sudah menganut rezim konservatif dimana kredit restrukturisasi Covid-19  sudah dilakukan pencadangan secara bertahap dari 2020 sehingga apabila kebijakan POJK restrukturisasi Covid-19 tidak diperpanjang, kami sudah siap dengan pencadangan yang cukup," tutur Siddik.

Sehingga Bank Mandiri sudah tidak mengkhawatirkan risiko NPL dengan pencadangan yang kuat itu. Hanya saja yang jadi perhatian BMRI saat ini adalah praktek antisipasi risiko yang dilakukan oleh bank lain.

Jika bank lain tidak melakukan hal yang sama dikhawatirkan bisa berdampak pada industri sehingga membawa efek besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional ke depan. 

"Apakah bank lain sudah melakukan hal yang sama seperti Bank Mandiri dan apa dampaknya terhadap NPL industry wide pada 2023 yang nanti itu juga akan dampak pada pertumbuhan kredit nasional. Itu yang harus sama-sama kita waspadai karena itu bisa berefek besar ke ekonomi kita," pungkas Siddik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×