kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Bank Permata rugi hampir Rp 1 T, ini sebabnya


Kamis, 28 Juli 2016 / 19:31 WIB
Bank Permata rugi hampir Rp 1 T, ini sebabnya


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. PT Bank Permata Tbk sampai semester 1 2016 mencatatkan kinerja jeblok, dengan kerugian bersih Rp 836 miliar. Kinerja bank berkode emiten BNLI ini berbanding terbalik dengan semester 1 2015 yang untung Rp 837 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi, penyebab kerugian Bank Permata karena beban operasional yang naik 73,12% yoy menjadi Rp 5,26 triliun. Selain itu, pendapatan bunga bersih juga mengalami penurunan sebesar 1,51% yoy.

Meskipun kinerja tidak terlalu bagus, Direktur Utama Bank Permata Roy Arfandy mengatakan namun sampai semester 1 2016 mencatatkan kenaikan pendapatan berbasis biaya (fee-based income) sebesar 7% yoy. Hal ini karena meningkatnya pendapatan dari kinerja kegiatan wealth management dan treasury.

“Sebagaimana yang diindikasikan sebelumnya, tekanan ekonomi makro masih terus mempengaruhi kualitas aset bank dalam jangka pendek. Meskipun 2016 masih menjadi periode penuh tantangan bagi industri perbankan, kami melihat bahwa langkah-langkah yang telah diambil akan memungkinkan bank melewati periode ini dengan baik,” ujar Roy dalam keterangan tertulis, Kamis, (28/7).

Dari segi penyaluran kredit, bank sahamnya mayoritas dimiliki Astra dan Standard Chartered ini mengalami penurunan 10,71% yoy menjadi Rp 115,07 triliun. NPL sampai semester 1 2016 juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu 244 bps yoy menjadi 4,59%.

Kenaikan NPL karena penurunan kualitas kredit di rekening pinjaman komersial di berbagai sektor industri. Menanggapi risiko ini, PermataBank telah membukukan beban pencadangan kredit (impairment charge) yang jauh lebih tinggi.

Tercatat Cadangan Kerugian Penurnan Nilai (CKPN) Bank Permata juga mengalami kenaikan 77,3% yoy menjadi Rp 2,46 triliun. CKPN yang mengalami kenaikan ini utamanya disumbangkan dari beberapa sektor seperti konstruksi, pertambangan, transportasi dan pergudangan dan perdagangan besar dan kecil.

Menurut Direktur Keuangan Bank Permata Sandeep Jain, bank mencatatkan kenaikan beban pencadangan (Provisions Expense) sebesar 248% dari semester pertama tahun 2015. “Hal ini telah diantisipasi sebelumya dan merupakan bagian dari langkah-langkah bank untuk meningkatkan kualitas aset. PermataBank saat ini berada dalam posisi yang relatif lebih kuat untuk mengelola risiko yang ada maupun yang mungkin terjadi,” ujar Sandeep Jain.

Untuk pengumpulan dana atau DPK, sampai semester 1 2016, Bank Permata juga mengalami penurunan 5,9% yoy menjadi Rp 125,05 triliun. Tercatat CASA menyumbang 41,28% dari total DPK.

Disaat kinerja secara umum tidak terlalu bagus, Bank Permata berhasil mencatatkan kenaikan rasio permodalan atau CAR sebesar 460bps menjadi 18,6%. Kenaikan rasio permodalan ini ditopang oleh right issue Rp 5,5 triliun yang dilakukan pada akhir Juni 2016. Per akhir Juni, Permata Bank juga berhasil menjaga Loan to Deposit Ratio (LDR) secara konservatif di angka 86%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×