kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bank pilih pacu volume transaksi kartu kredit


Jumat, 22 Juni 2012 / 09:17 WIB
Bank pilih pacu volume transaksi kartu kredit
ILUSTRASI. Warga berbelanja di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (21/5/2021). Melihat dampak kenaikan harga pangan global terhadap Indonesia.


Reporter: Christine Novita Nababan |

JAKARTA. Kendati aturan Bank Indonesia (BI) tentang Alat Pembayaran Menggunakan Kartu Kredit (APMK) baru efektif tahun depan, dampaknya terhadap bank mulai terlihat. Salah satunya Bank Danamon.

Bank Danamon memprediksi, pertumbuhan bisnis kartu kredit tahun ini tidak sekinclong tahun lalu. "Meski masih tumbuh double digit, bisnis kartu kredit mungkin melambat," ujar Dessy Masri, Executive Vice President Card Business Head Danamon.

Hal itu tecermin dari penerbitan jumlah kartu baru yang tidak se-agresif tahun sebelumnya. Per Mei 2012, total kartu kredit yang beredar mencapai 600.000. Hanya ditargetkan mencapai 650.000 – 700.000 kartu kredit sampai akhir tahun nanti.

Pada periode yang sama, Danamon juga membukukan volume transaksi Rp 5 triliun atau separuh dari target volume transaksi tahun ini yang diperkirakan mencapai Rp 10 triliun. Outstanding kredit sebesar Rp 2 triliun.

Kondisi ini bisa mempengaruhi pendapatan. Apalagi, di saat yang sama, BI memberlakukan penghitungan baru bunga kartu kredit dan penalti kepada nasabah yang telat membayar. BI juga melarang bank menggunakan jasa penagih pihak ketiga (debt collector) untuk kredit yang tidak berstatus macet. Artinya, beban bank meningkat. "Walaupun baru berlaku tahun depan, pasti berdampak. Di Danamon, efeknya belum drastis. Tapi kemungkinan bisnis kami tidak akan sekencang tahun lalu," tutur Dessy.

Lain lagi Bank BNI. Bank berlogo angka 46 ini optimistis, bisa merealisasikan pertumbuhan bisnis kartu kredit hingga di atas rerata industri. Kepercayaan diri bank pelat merah ini berdasarkan rata-rata pertumbuhan setiap tahun.

Dari jumlah kartu, tahun lalu BNI membukukan pertumbuhan 27%. Sementara industri hanya meningkat 19%. Nilai transaksinya tumbuh 41%, sedangkan industri hanya sekitar 38%.

Per Mei 2012, jumlah kartu kredit BNI mencapai 1,8 juta. Volume transaksi Rp 6,3 triliun atau naik 37% dengan outstanding Rp 4,5 triliun. "Kami optimistis, volume transaksi tembus Rp 18,1 triliun," kata General Manager Kartu Kredit BNI, Dodit W Probojakti.

Mengantisipasi dampak beleid BI, Dodit sudah menyiapkan strategi. Antara lain, fokus menggarap nasabah dengan kartu kredit co-branding. Saat ini, BNI sudah merangkul Lotte Mart dan Chelsea. Bulan depan akan kerja sama dengan Garuda Airlines.

Dampak APMK lebih ke penerbitan jumlah kartu kredit bukan volume transaksi. "Maka itu, kami fokus di transaksi dengan memperbanyak kartu co-branding atau affinity. Mereka ini akan loyal bertransaksi," terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×