Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Syariah Mandiri (BSM) sampai dengan kuartal III-2017 membukukan kinerja cukup signifikan. Ada kenaikan dari sisi aset, pembiayaan, hingga laba bersih pada anak usaha PT Bank Mandiri Tbk ini jika dibanding periode yang sama tahun 2016.
Salah satunya tercermin dari peningkatan dana simpanan masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK). Pertumbuhannya 13,3% year on year menjadi Rp 74,75 triliun dibanding posisi kuartal III 2016 sebesar Rp 65,98 triliun.
“Komposisi DPK mayoritas atau 50,75% merupakan dana murah (low cost fund),’’ ungkap Direktur Financing Risk and Recovery BSM Choirul Anwar, dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Kamis (9/11).
Adapun, total dana murah BSM yang di dalam produk tabungan dan giro, per September 2017 sebesar Rp 37,94 triliun. Penambahannya cukup besar, yaitu 49,15% atau Rp 32,43 triliun dari posisi setahun sebelumnya.
Perusahaan mengandalkan produk tabungan baik Tabungan Mandiri Syariah dan Tabungan Mabrur (haji) untuk produk dana murah. Tahun ini, terdapat penambahan rekening DPK baru mencapai 530.000 rekening sehingga menjadi 7,02 juta rekening sampai dengan kuartal III 2017.
‘’Biaya dana kami juga relatif tidak terlalu tinggi karena relatif setara dengan bank-bank besar,’’ tuturnya.
Kenaikan juga terlihat dari total aset BSM yang per September 2017 yang tumbuh 13,26% menjadi Rp 84,09 triliun dari Rp74,24 triliun pada September 2016.
Sementara dari sisi pembiayaan, sampai dengan kuartal III 2017, BSM berhasil menyalurkan sebesar Rp 58,72 triliun atau tumbuh 10,28% dibanding Rp 53,24 triliun pada September 2016. Kualitas pembiayaan cenderung terjaga, tercermin dari penurunan pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) dari 3,63% menjadi 3,12%.
Selain itu, dari sisi likuditas BSM juga masih cukup memadai terlihat dari financing to deposit ratio (FDR) perseroan sebesar 80% atau sesuai ketentuan OJK.
‘’Tahun 2017 sejalan dengan kondisi perekonomian nasional, kami fokus di retail dan korporat terutama infrastruktur dengan skim atau akad syariah,” imbuh Choirul.
Catatan saja, BSM memang telah melakukan pembiayaan untuk infrastuktur dengan akad syariah untuk pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan, jaringan listrik, pelabuhan, bandara, dan lainnya yang saat ini sedang gencar dilakukan.
Tercatat, sampai September 2016 pembiayaan ke sektor infrastruktur mencapai Rp 5,56 triliun, tumbuh 65% dibanding September 2016 sebesar Rp 3,38 triliun.
Di sisi lain, bank milik PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ini mengungkapkan pihaknya tetap mendukung penumbuhan segmen Usaha Kecil dan Mikro (UKM) dengan menjaga portofolio pembiayaan di segmen tersebut sesuai ketentuan OJK sebesar 23%.
Untuk mendorong peningkatan usaha mikro, BSM akan bekerjasama dengan beberapa lembaga termasuk melalui program digital banking di Tokopedia setelah sebelumya perseroan telah meneken kerjasama dengan Bukalapak.
Bisnis pembiayaan retail banking (termasuk gadai, konsumer, serta Usaha Kecil dan Mikro) yang tumbuh 9,59% menjadi Rp 33,26 triliun, dan segmen wholesale (Korporasi dan Komersial) tumbuh 11,20% menjadi Rp 25,45 triliun.
Peningkatan pembiayaan berdampak pada pertumbuhan margin bagi hasil bersih sebesar Rp 544 miliar atau tumbuh 18,77% (yoy) menjadi Rp 3,44 triliun.
Lebih lanjut BSM mengungkapkan lewat kinerja tersebut, laba operasional BSM meningkat Rp 534 miliar atau tumbuh 46,81% menjadi Rp1,68 triliun.
Laba bersih yang dapat dihimpun sebesar Rp 261 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 6,04%.
Pertumbuhan ini ditopang dari juga dari transaksi elektronik (e-channel perseroan) tercatat hingga September 2017 transaksi melalui e-channel mencapai 55,19 juta, naik dibandingkan pada periode yang sama tahunsebelumnya dengan 52,28 juta transaksi.
Dari sisi permodalan, BSM sampai kuartal III 2017 tercatat sebagai bank syariah BUKU III dengan ekuitas Rp 6,65 triliun. Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 14,92% mengalami peningkatan sebesar 1,42% dibandingkan periode sebelumnya sebesar 13,50%. Dari sisi efisiensi dengan indikator CER pun BSM membaik yang berada di level 53,45%.
Choirul menambahkan walaupun masih terdapat tantangan kondisi makroekonomi, BSM akan terus mempertajam target segmen, memperbaiki bisnis model dan penyempurnaan kualitas layanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News