Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Para bankir berharap Bank Indonesia (BI) tidak lagi menaikkan suku bunga acuan (BI rate) di tahun depan. Pasalnya, jika BI rate kembali naik, net interest margin (NIM) atau tingkat keuntungan perbankan bakal semakin menipis.
Presiden Direktur Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib mengatakan, tahun ini saja, akibat biaya dana atau bunga deposito yang tinggi mengakibatkan margin bunga bersih atau NIM perseroan menjadi tertekan.
"Kebanyakan bank, margin-nya tertekan. Profitnya menjadi landai atau turun," kata Kostaman di Gedung BI, Jakarta, Rabu (10/12).
Ia bilang, NIM Bank Mega sampai dengan akhir tahun ini diperkirakan akan berada di level 5%. Tahun depan, bank dengan kode saham MEGA ini memperkirakan NIM-nya akan berada di level 4,5%-5%.
"Tahun depan mudah-mudahan tidak ada kenaikan suku bunga lagi. Kalau ada kenaikan suku bunga, ya pasti margin tergerus lagi," ujarnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Thilagavathy Nadason, Direktur Keuangan PT Bank Internasional Indonesia (BII).
Menurutnya, NIM perseroan juga mengalami tekanan akibat kenaikan biaya dana yang tinggi sekali, sebagai bentuk respons kenaikan suku bunga deposito akibat kenaikan BI Rate.
"NIM squeeze (tertekan), karena biaya dana naiknya tinggi sekali. Jadi itu tidak bisa dihindarkan," jelas Thila di Gedung BI, Jakarta, Rabu (10/12).
Tahun depan, bank dengan kode saham BNII ini memperkirakan akan ada penurunan NIM sekitar 10 basis poin (bps)-20 bps. Hitung-hitungan saja, jika NIM BII per September berkisar 4,8%, maka perseroan memperkirakan NIM tahun depan ada berada di level 4,6%-4,7%.
"Tahun depan NIM akan turun juga, karena kami memperkirakan BI Rate akan mengalami kenaikan lagi. Cost of fund (biaya dana) juga akan naik. Dan karena cost of fund tidak bisa langsung disesuaikan dengan kenaikan suku bunga kredit, karena akan memunculkan risiko NPL (kredit macet), maka kami perkirakan NIM 2015 akan turun 10 bps-20 bps," ujar Thila.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News