Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
Direktur Utama Bank Ina Perdana Daniel Budirahayu bilang, hal itu diakibatkan beban bunga yang sedang meningkat lantaran DPK perseroan naik 37% di awal kuartal III 2020 dibandingkan tahun lalu.
"Tetapi biaya dana secara keseluruhan terjadi penurunan," kata Daniel.
Daniel juga memastikan, beban biaya bunga sejauh ini masih terkendali. Alhasil, posisi NIM perseroan diperkirakan tidak akan bergerak jauh dari angka 3,46%.
Sebagai gambaran saja, dalam laporan keuangan bulan Agustus 2020 Bank Ina memang mencatatkan beban bunga meningkat sekitar 38% secara tahunan dari Rp 231,7 miliar menjadi Rp 319,73 miliar. Namun, bila dilihat dari pendapatan bunga bersih, perseroan masih mampu mencatat kenaikan sekitar 10,64% yoy.
Alih-alih untuk mengurangi peningkatan beban bunga di tahun ini, Daniel mengatakan pihaknya berencana mengurangi dana mahal dan fokus ke dana murah.
Baca Juga: Ingin mendorong kredit saat pandemi, berikut cara yang efektif menurut ekonom
Sementara itu, PT Bank Mayora membenarkan di dalam tren kredit yang lesu, pendapatan bunga tak terlalu deras. Di sisi lain, beban bunga berpotensi untuk meningkat.
Kendati demikian, Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij memastikan pihaknya bisa mempertahankan NIM di level 4% sampai akhir tahun. Itu artinya, pendapatan bunga dan beban bunga perseroan seharusnya bisa dikendalikan.
"Posisi NIM Bank Mayora masih di kisaran 4,03% per Agustus 2020. Untuk beban bunga sudah berkurang sejalan dengan pengurangan biaya bunga," katanya. Pihaknya juga mengatakan akan meningkatkan efisiensi untuk mempertahankan profitabilitas tetap aman, salah satunya tentu dengan peningkatan CASA.
Selanjutnya: Tenang, bankir pastikan tren penurunan bunga kredit berlanjut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News