kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bankir Masih Hindari Kredit Sektor Tekstil


Senin, 12 Juli 2010 / 09:45 WIB
Bankir Masih Hindari Kredit Sektor Tekstil


Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Kalangan perbankan masih tebang pilih dalam menyalurkan kredit ke sektor riil. Tercatat, ada beberapa sektor tertentu yang relatif masih dihindari oleh bank untuk penyaluran kredit. Misalnya sektor industri tekstil dan garmen atau produk tekstil (TPT).

Hasil survei perbankan terbaru yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI), Jumat (9/7) mengungkapkan, para bankir beralasan permintaan asing terhadap TPT dari Indonesia masih lemah. Persaingan yang tinggi dengan produk tekstil impor juga membuat risiko pembiayaan ikut melonjak.

Padahal survei kuartal itu bilang, bankir optimistis penyaluran kredit di kuartal III 2010 ini bakal terus meningkat meski sedikit melambat dari kuartal sebelumnya.

"Mayoritas responden, yakni 13 bank dengan bobot 45,6% memperkirakan pertumbuhan kredit baru di kuartal tiga 2010 berkisar 4%-6%," tulis BI.

Optimisme bank dilandasi beberapa alasan. Pertama, sampai saat ini rasio kecukupan modal bank masih baik. Kedua, peningkatan kualitas portofolio kredit dan likuiditas perbankan yang berlebih juga menjadi alasan utama. Juga, "Kemampuan nasabah membayar meningkat dan informasi keuangan dari debitur baru serta jenis usaha feasible menjadi alasan eksternal utama yang mendukung ekspektasi tersebut," jelas BI.

Masih pilih-pilih

Untuk jenis kredit, bankir memperkirakan penyumbang terbesar masih kredit investasi. Sayangnya, beberapa sektor masih masuk daftar yang dihindari. Salah satunya, sektor TPT. Toh, bankir menjamin itu bukan harga mati.

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Sofyan Basir menuturkan, sektor tekstil tidak sepenuhnya dicoret dari daftar. "Hanya saja, kami akan lebih selektif memilih debitur. Sebenarnya itu berlaku untuk semua sektor," ujarnya.

Selama ini bank mendasarkan penilaian lebih pada feasibilitas calon debitur ketimbang profil usaha. "Sektor bukan yang utama. Kalau calon debitur di sektor tekstil feasible kami tak akan menolak," jelas Sofyan.

Hal serupa juga berlaku di sektor lain, misal perumahan. Survei sebelumnya menyebut bank relatif menghindari pembiayaan apartemen dan mal dengan alasan pasar sudah jenuh. Toh, bank tidak menghentikan sama sekali penyaluran kredit ke sana.

Beberapa sektor juga diprediksi akan terus melejit. Antara lain sektor listrik, gas, dan air bersih, diikuti pertambangan. Sofyan menambahkan, selain sektor migas, sektor agribisnis dan farmasi juga meningkat. "Satu-satunya yang kontraksi, sektor jasa kemasyarakatan," terang BI.

BI bilang, kredit konsumsi masih akan menjadi yang tertinggi untuk permintaan kredit baru. Penyumbang terbesar kredit pemilikan rumah dan apartemen (KPR/KPA), lalu diikuti kredit multiguna.

Secara ringkas, survei tersebut menyebutkan, bank dengan penguasaan pasar kredit mencapai 91,8% memperkirakan kredit kuartal III 2010 bakal bertumbuh 5,2% hingga 5,6% (quarter to quarter). Sedangkan perkiraan pertumbuhan kredit di tahun 2010, menurut hasil survei tersebut bisa mencapai 19,7% hingga 21,4%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×