kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Bankir pastikan di akhir tahun perebutan DPK bakal semakin sengit


Rabu, 18 Desember 2019 / 18:09 WIB
Bankir pastikan di akhir tahun perebutan DPK bakal semakin sengit
ILUSTRASI. Bankir pastikan di akhir tahun perebutan DPK bakal semakin sengit.KONTAN/Cheppy A.Muclis/04/07/2018


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki periode kuartal IV 2019 pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan semakin layu. Data Bank Indonesia (BI) mencatat per Oktober 2019 total DPK perbankan hanya tumbuh 5,9% secara year on year (yoy) menjadi Rp 5.704,1 triliun.

Menurun dari pertumbuhan di bulan sebelumnya yang mencapai 7,1% yoy. Pun, pertumbuhan DPK di bulan Oktober 2019 ini juga merupakan yang terendah dalam beberapa bulan terakhir.

Hal ini tak lain menandakan persaingan perebutan DPK perbankan masih cukup sengit. Namun di sisi lain, fakta tersebut juga bisa menjadi hal positif lantaran biaya dana alias cost of fund (CoF) perbankan artinya tengah melandai.

Baca Juga: Bank DKI targetkan kredit bisa tumbuh 11% di tahun depan

Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id mengamini bahwa di akhir tahun kecenderungannya perbankan semakin ganas memperebutkan DPK. Tak lain untuk menopang kebutuhan ekspansi di pengujung tahun maupun awal tahun depan.

PT Bank BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) misalnya yang mengamini bahwa kondisi ini merupakan musiman. Sekretaris Perusahaan Bank BJB Muhammad Asadi Budiman menuturkan, tiap akhir tahun likuiditas memang akan menjadi agak ketat.

"Setiap bank akan berupaya memaksimalkan keseimbangan antara pertumbuhan DPK dengan kreditnya," terangnya, Rabu (18/12).

Namun, Ia menyebut sampai kuartal III 2019 lalu laju DPK Bank BJB masih sesuai target yakni 10%. Meski COF Bank BJB sempat mengalami kenaikan dari 4,9% per September 2018 menjadi 5,4% di September 2019, Budiman memastikan COF bakalan melandai.

Sejalan dengan salah satu strategi likuiditas perseroan yang bakal memperdalam pertumbuhan dana murah (current account and saving account/CASA).

Baca Juga: Bank Syariah Mandiri salurkan pembiayaan Rp 1,5 triliun ke Muhammadiyah

Bank bersandi saham BJBR ini mengatakan untuk akhir kuartal IV 2019 ini pihaknya mematok target COF di kisaran 5%-5,4% di tahun ini. "Untuk tahun 2020 kami targetkan COF bisa terjaga di bawah 5,4%," ujar Budiman.

Sekadar tambahan saja, merujuk laporan keuangan perseroan per November 2019 tercatat DPK tumbuh tipis 3,44% yoy menjadi Rp 94,32 triliun.

Senada, Direktur PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) I Made Mudiastra mengatakan selain untuk menopang ekspansi perebutan dana di akhir tahun memang kerap terjadi, salah satunya untuk keperluan pemenuhan rasio likuiditas.

Kendati demikian, Made menilai pihaknya tidak ikut berebut dana di akhir tahun ini. Pasalnya, sejak Oktober 2019 diakuinya likuiditas DPK perusahaan sudah berlebih. "Memang DPK akan jadi perebutan di akhir tahun," katanya.

Adapun, sampai Oktober 2019 total DPK perseroan sudah mencapai Rp 22,23 triliun. Jumlah tersebut sudah melampaui target DPK perseroan di akhir tahun ini yang mencapai Rp 18,12 triliun.

Baca Juga: Usai diakuisisi BBCA, Bank Royal Minta Nasabah Tutup Rekening dan Tarik Dana

Meski tidak dapat merinci secara detail besaran biaya dana, Made berharap ke depannya CoF dapat melandai agar kemampuan bank untuk mendorong ekspansi lebih optimal.

Akhir tahun ini, perseroan juga masih akan berusaha mendorong perolehan dana tabungan menjadi Rp 3,5 triliun, hanya kurang Rp 183 miliar dari posisi Oktober 2019.

Sebagai informasi tambahan, bila dirinci data BI menunjukan perlambatan DPK yang melambat disebabkan oleh pertumbuhan dana giro yang hanya naik 3,9% yoy menjadi Rp 1.289,6 triliun di Oktober 2019. Lebih rendah dari periode bulan sebelumnya yang mencapai Rp 1.304,7 triliun atau turun 1,15% secara month on month (mom).

Perlambatan pada dana giro ini disebabkan oleh turunnya giro korporasi menjadi Rp 902,1 triliun atau hanya naik 2,4%. Sementara giro perorangan negatif 5,9% menjadi Rp 145,3 triliun.

Baca Juga: Siapkan transformasi, Bank Royal minta nasabah tutup rekening

Di sisi lain, pertumbuhan dana tabungan maish naik 6,2% yoy. Hanya saja, tabungan korporasi catatkan pertumbuhan negatif 4,8% yoy menjadi Rp 119,7 triliun. Menurut BI, berdasarkan lokasi penempatan dana, perlambatan giro dan tabungan terjadi di wilayah DKI Jakarta dan Kalimantan Timur.

Di samping itu, bila merujuk pada Survei Perbankan BI, pada triwulan IV 2019 rata-rata COF perbankan dalam Rupiah diperkirakan akan turun 7 bps dari triwulan sebelumnya menjadi 5,9%. Masih lebih tinggi dari realisasi akhir tahun 2018 lalu yang ada di level 5,88%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×