Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bankir mewaspadai kenaikan suku bunga kredit valas seiring dengan kenaikan bunga acuan The Fed AS.
Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA mengatakan, risiko kenaikan bunga The Fed diperkirakan masih akan terjadi pada September 2018 dan Desember 2018.
"Diperkirakan tahun depan akan naik lagi," kata Jahja dalam paparan, Kamis (26/7) sore.
Dengan kenaikan bunga acuan The Fed maka mau tidak mau bunga kredit valas akan ikut naik.
Pada tahun depan, Jahja bilang ada risiko kenaikan bunga The Fed sampai dua atau tiga kali. Bisa dibilang kenaikan bunga The Fed ini dilakukan secara marathon.
Nah, setelah 2019, The Fed menurut BCA juga tidak ada jaminan menahan suku bunga acuannya. Bisa saja, nantinya kenaikan ini bisa terus berlanjut.
Jahja berkisah, dulu ketika 1980-an, suku bunga acuan AS bisa mencapai 11%-12%. Pada saat itu suku bunga acuan BI tercatat sebesar 18%-19%.
Oleh sebab itu, risiko kenaikan suku bunga acuan AS harus menjadi bahan pertimbangan bankir. Karena bukan tidak mungkin kenaikan bunga kredit valas akan mengikuti.
Bagi otoritas, kenaikan bunga acuan The Fed ini juga menjadi dilema. Hal ini karena jika BI tidak menaikkan bunga acuan 7 day reverse repo rate seiring kenaikan bunga The Fed maka akan terjadi efek negatif ke rupiah.
Perbankan juga harus hati hati di tengah risiko kenaikan suku bunga. Hal ini karena dengan bunga naik maka akan ada pengaruh ke permintaan kredit.
Bankir juga harus menjaga dan menyesuaikan pertumbuhan kredit dengan kemampuan makro menyerap.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News