Reporter: Nina Dwiantika, Dessy Rosalina | Editor: Roy Franedya
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan, di akhir bulan ini akan banyak perbankan yang merevisi rencana bisnis bank (RBB) mereka. Perubahan itu karena berlakunya aturan multilisensi dan pertumbuhan ekonomi global yang belum pulih.
Direktur Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI, Irwan Lubis, mengatakan pada pertengahan tahun ini akan ada beberapa bank yang merevisi RBB dengan memasukkan rencana penambahan modal agar naik kelas dan leluasa berekspansi cabang. Maklum, Juni nanti, aturan yang memperhitungkan alokasi modal dan zona untuk kantor eksisting mulai berlaku.
Dalam aturan ini BI akan menghitung dulu ketersediaan modal bagi cabang yang sudah ada. Caranya, mengalikan biaya pembukaan cabang dengan zonasi. Biaya terbesar pembukaan cabang saat ini Rp 8 miliar. Jika tidak memiliki modal berlebih, bank dilarang menambah cabang.
Selain itu, ada juga bank akan merevisi target penyaluran kredit dan dana pihak ketiga. "Hal ini karena dampak ekonomi global yang belum pulih," ujar Irwan, Rabu (15/5).
Bank Mega dan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) termasuk bank yang akan merevisi RBB. Direktur Utama Bank Mega, Kostaman Thayib, mengatakan mulai berlakunya aturan tersebut menyebabkan bank milik Chairul Tanjung itu menghitung ulang penambahan cabang dan melakukan penyebaran pembukaan kantor ke Indonesia timur, karena zonasi lebih rendah. Rencana awal Bank Mega akan buka 100 kantor. "Kami menghitung ulang demi menghindari capital charge dan beban yang tinggi," ujar Kostaman.
Sementara Direktur Kepatuhan BPTN, Anika Faisal, mengatakan pihaknya merevisi target jaringan kantor dengan memanfaatkan "bonus" kemudahan pembukaan jaringan kantor.
BTPN mendapatkan bonus karena berkontribusi dalam penyaluran kredit mikro dan memiliki tingkat efisiensi baik. "Dari isi kredit dan DPK, akan ada perubahan sedikit dibandingkan pada semester I-2013," kata Anika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News