Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daya tarik industri perbankan tanah air mampu membawa kehadiran investor asing. Setidaknya, tren tersebut kian meningkat kala regulator, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meningkatkan modal inti minimum bank beberapa tahun terakhir.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Edian Rae mengungkapkan bahwa OJK secara berkala menerima berbagai permohonan izin dari investor asing, termasuk yang ingin memperkuat permodalan bank melalui rights issue.
Dian bilang faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi yang stabil, jumlah populasi yang besar, dan peluang inovasi serta ekspansi, termasuk di bidang digital banking, financial technology (fintech), dan inklusi keuangan, tetap menarik bagi investor asing.
Baca Juga: Ini Respons OJK Soal Rencana Akuisisi KB Bank Terhadap Perusahaan Multifinance
“Iklim investasi bagi investor luar negeri di sektor perbankan Indonesia tetap menarik meskipun ada dinamika dan persaingan yang kompetitif,” ujarnya.
Meski demikian, Dian tampaknya tak serta-merta menyetujui permohonan investor asing untuk masuk di perbankan Indonesia. Ia bilang evaluasi ketat tetap dilakukan untuk memastikan kontribusi positif investor asing terhadap sektor perbankan dan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Dian mengungkapkan kebijakan dan regulasi terus disempurnakan untuk menjaga keseimbangan antara mengundang investasi dan memastikan kestabilan serta integritas sistem keuangan.
“Termasuk aturan tentang batasan kepemilikan, transfer teknologi, dan penguatan kapasitas lokal,” tambahnya.
Perlu disadari, meski banyak investor yang masuk ke sektor perbankan tanah air, tak semua investor tersebut sudah mencicipi untungnya berinvestasi di perbankan Indonesia.
Sebut saja, KB Kookmin Bank Ltd yang kembali mengguyur PT KB Bukopin Tbk (KB bank) dengan modal Rp 8,02 triliun saat aksi rights issue tahun lalu.
Kookmin Bank saat ini memegang kepemilikan saham KB Bank sebesar 67%. Salah satu bank terbesar di Korea Selatan tersebut tampaknya masih perlu bersabar untuk mengambil untung dar investasinya di KB Bukopin sejak 2020 lalu.
Jika mengacu pada laporan bulanan KB Bukopin di Januari 2024, bank tersebut masih mencatat rugi bersih tahun berjalan senilai Rp 512,36 miliar. Jika dibandingkan, pada periode sama di tahun sebelumnya, rugi ini membengkak dari yang hanya Rp 65,16 miliar.
Baca Juga: BI dan Bank Sentral Se-Asean Dorong Penggunakan Mata Uang Lokal Lintas Kawasan
Menghadapi tahun ini, Wakil Direktur Utama Bank KB Bukopin Robby Mondong mengungkapkan bahwa pihaknya akan memperkuat segmen UMKM dan ritel dengan memanfaatkan positioning dan ekosistem bisnis yang telah terbentuk dari segmen wholesale.
Selain itu, Bank terus berupaya meningkatkan kualitas aset dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), serta melakukan peningkatan pada produk, proses, dan sumber daya manusia.
Selain itu, pihaknya juga akan terus mendorong dan memperluas pertumbuhan bisnis termasuk dari Korean Link Business dengan meningkatkan jumlah nasabah Korean Link Business, baik dari sisi pendanaan maupun pemberian pinjaman.
Saat ini ada lebih dari 2.000 perusahaan asal Korea Selatan di Indonesia sehingga peluang dan potensi untuk menjadi nasabah KB Bukopin Korean Link Business terbuka luas. Nama-nama brand terkemuka seperti Hyundai, CGV, Lotte saat ini telah menjadi nasabah KB Bukopin.
“Tahun ini, kami juga akan melakukan rebranding untuk melengkapi proses transformasi yang dijalankan di KB Bukopin sejak tahun 2021,” ujar Robby, belum lama ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News