kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Beban klaim penjaminan menurun di 2016


Selasa, 21 Maret 2017 / 13:52 WIB
Beban klaim penjaminan menurun di 2016


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Industri perbankan mencatatkan kenaikan rasio kredit bermasalah di tahun lalu. Tapi pelaku usaha penjaminan kredit dan asuransi kredit justru mencatatkan penurunan besaran klaim di sepanjang 2016.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, industri penjaminan kredit menanggung beban klaim sebesar Rp 892 miliar di tahun lalu. Angka tersebut turun 6% dari beban klaim di tahun sebelumnya sebesar Rp 949 miliar.

Penurunan beban klaim ini juga dirasakan oleh Perum Jamkrindo. Secara konsolidasi, sepanjang tahun lalu perusahaan penjaminan kredit plat merah ini menanggung beban klaim Rp 871,5 miliar. Padahal pada akhir 2015, beban klaim Jamkrindo dan anak usaha mencapai Rp 922,6 miliar. Beban klaim Jamkrindo itu menurun 5,1% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.

Bahkan tren penurunan klaim pun masih terjadi di awal tahun ini. Direktur Jamkrindo Bakti Prasetyo bilang, per Februari 2017 klaim Jamkrindo mencapai Rp 112,5 miliar atau turun dari periode sama tahun 2016 sebesar Rp 153,6 miliar.

Menurut Bakti, Jamkrindo lebih selektif berbisnis, terutama di segmen non kredit usaha rakyat (KUR). Dengan begitu, Jamkrindo bisa menghindari bisnis-bisnis yang bisa menyebabkan klaim menggemuk. Terlebih, saat ini banyak produk penjaminan kredit yang kompetisinya terbilang tinggi ditambah tren tarifnya malah menurun.

Sebagai gantinya, Jamkrindo banyak menjalankan produk baru dengan risiko rendah. "Jadi buat apa tumbuh kalau landasannya rapuh," kata Bakti.

Berhati-hati

Klaim mengecil, imbuh Bakti, karena klaim nasabah KUR yang lama mulai menurun. Sedangkan dari nasabah baru klaimnya belum besar.

Pelambatan beban klaim juga dialami PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo). Meski klaim Askrindo di tahun lalu tak besar, dalam laporan keuangan konsolidasi Askrindo, tahun lalu mencatatkan klaim bruto Rp 1,61 triliun. Sedangkan di 2015, besaran klaim bruto Rp 1,64 triliun. Artinya naik 1,86% secara year-on-year (yoy)

Sekretaris Perusahaan Askrindo Kurmansyah mengatakan, di tahun lalu pihaknya memang lebih berhati-hati dalam berbisnis. Maklum, pertumbuhan ekonomi di 2016 memang tak bisa dibilang terlalu tinggi.

Karena itu, Askrindo lebih selektif memilih potensi bisnis. Tak semua digarap Askrindo. Perseroan ini memilih bisnis dengan risiko yang lebih terkendali.

Meski secara umum menurun, namun klaim program kredit usaha rakyat, kata Kurmansyah, masih cukup besar. Hal ini didominasi nasabah KUR periode tahun-tahun sebelumnya. "Jadi nasabah KUR yang lama kesulitan membayar dan jadinya klaim ke kami," ujar dia.

Tahun ini, Kurmansyah menilai, potensi besaran klaim bergantung performa pihak perbankan dalam menekan kredit macet. Tapi Askrindo yakin potensi menekan klaim masih terbuka. Terlebih, proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini lebih baik sehingga bisa mendorong kemampuan para debitur perbankan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×