kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Bekraf ajukan KUR ekonomi kreatif Rp 500 miliar


Selasa, 15 November 2016 / 15:45 WIB
Bekraf ajukan KUR ekonomi kreatif Rp 500 miliar


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) telah mengusulkan skema penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) yang rencananya akan disusun tahun depan.

Deputi Akses Perbankan Bekraf Restog Kusuma menjelaskan, pihaknya meminta setidaknya Rp 500 miliar dana subsidi KUR untuk pendanaan ekonomi kreatif.

Pasalnya, Bekraf menilai sampai saat ini masalah yang paling menghambat pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia adalah dari segi permodalan. “Nantinya kita minta ada KUR khusus ekonomi kreatif, di luar KUR ritel dan mikro,” jelasnya saat ditemui di Jakarta, Selasa (15/11).

Restog menjelaskan, melalui skema ini, nantinya para pelaku ekonomi kreatif dapat mengajukan permohonan KUR dengan plafon pinjaman mulai Rp 25 juta hingga Rp 200 juta dengan skema bayar di belakang. “Misalnya membuat animasi, mereka mau pinjam Rp 25 juta, nanti setelah proyek itu berjalan katakanlah enam bulan, baru pelaku usaha mulai mencicil,” jelasnya.

Hingga saat ini, pihaknya masih akan melakukan penjajakan bersama dengan asosiasi-asosiasi ekonomi kreatif terkait minat dari dunia usaha maupun perbankan menggunakan skema yang diusulkan tersebut.

Kendati demikian, Bekraf menilai, saat ini, dari 16 subsektor yang ada dalam ekonomi kreatif yang paling berpotensi mendapatkan akses permodalan ke perbankan baru tiga sektor yakni, fesyen, kuliner dan kerajinan atau kriya.

Sebagai informasi, ke 16-subsektor ekonomi kreatif terdiri dari aplikasi dan pengembangan game, arsitektur dan desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fesyen, film, animasi video, fotografi, kriya (kerajinan tangan), kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni? rupa, televisi dan radio. “

Adapun, dalam setahun terakhir, menurut data Bank Indonesia per November 2015 yang dirilis Maret 2016, ekonomi kreatif telah menyumbang Rp 642 triliun atau 7,05% dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Saat ini, baru tiga subsektor yang memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi kreatif yaitu kuliner sebanyak 32,51%, fesyen 28,29% dan kerajinan 14,44%, penerbitan dan pencetakan 8,11% dan desain 3,90%.

Sementara itu, pada 2019, pemerintah menargetkan kontribusi ekonomi kreatif bisa mencapai 12%. "Untuk mencapai target kontribusi terhadap PDB, maka subsektor lain juga harus dikembangkan," kata Kepala Bekraf Triawan Munaf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×