Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis modal ventura masih tumbuh subur di awal tahun. Hal ini tercermin dari kinerja pembiayaan atau penyertaan modal ventura dan rasio non performing financing (NPF) yang membaik.
Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Februari 2019, pembiayaan atau penyertaan modal ventura tumbuh 16,94% menjadi Rp 8,49 triliun. Jumlah itu lebih tinggi dari capaian Februari tahun lalu yaitu Rp 7,26 triliun.
Dari total pembiayaan, kegiatan pembiayaan bagi hasil masih mendominasi 78,44% dari total pembiayaan. Menyusul penyertaan saham berkontribusi 15,78% dan kemudian obligasi konversi sebesar 5,73%.
Mayoritas pembiayaan atau penyertaan modal ventura tersebut untuk menopang beberapa sektor ekonomi. Misalnya, pembiayaan di sektor perdagangan, restoran dan hotel mencapai Rp 3,88 triliun. Selanjutnya sektor jasa pendukung bisnis Rp 925 miliar, sektor pertanian, perikanan dan kehutanan Rp 716 miliar.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Rimawan Yasin menjelaskan bahwa pertumbuhan pembiayaan disebabkan beberapa faktor. Pertama, terjadi peningkatan pembiayaan bagi hasil semenjak bulan Mei 2018. Di mana saat itu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) gencar memberikan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) kepada perusahaan modal ventura.
“Hal ini dimungkinkan pada saat itu ada dana PKBL yang disalurkan kepada perusahaan modal ventura,” kata Rimawan kepada Kontan.co.id, Rabu (17/4).
Faktor kedua, karena adanya peningkatan bisnis pelaku usaha dan pertumbuhan industri teknologi finansial (tekfin). Peningkatan pembiayaan tersebut dibarengi penurunan rasio NPF menjadi 4,56% per Februari 2019. Padahal di periode yang sama tingkat rasio NPF masih tinggi di level 6,90%.
“Penyusutan kredit macet karena pembiayaan modal ventura meningkat serta dibarengi pelunasan kredit yang ikut naik,” terang Rimawan.
Meski tumbuh positif tetapi kinerja modal ventura akan melambat di akhir tahun. Ia memperkirakan pembiayaan atau penyertaan modal tumbuh sekitar 10% secara year on year (yoy). Penyebabnya pelaku usaha masih wait and see atau menunda penyaluran pembiayaan sampai terpilihnya pemimpin baru dari pemilu 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News